Banyak Lulusan BLKK At-Taslim Usaha Mandiri, Pemda Diharapkan Beri Dukungan  

by
Pimpinan BLKK At-Taslim Ustadz Agus Malik Annamawi beserta Santri yang juga barista lulusan BLKK setempat. (Syaiful)

BERITABUANA.CO, PANGALENGAN— Udara di Pangalengan pada siang hari masih terasa sejuk meski terik matahari tepat di ubun-ubun. Saat itu, sekitar pukul 11.30 WIB dan perjalanan menuju Balai Latihan Kerja Komunitas (BLKK) At-Taslim yang berada di Kampung Citiis, Warnasari, Pangalengan, Bandung, diperkirakan butuh waktu 45 menit.

Dalam perjalanan untuk kali pertama ini, tentu tak selancar yang diharapkan. Untuk itu, dari pihak BLKK At-Taslim mengirimkan dua pemandu  dengan harapan perjalanan cukup lancar. Dari Situ Cileunca yang indah, perjalanan dilanjutkan ke tujuan utama.

Sekitar dua puluh menit, pemandu memasuki jalan yang hanya dapat digunakan satu kendaraan. Dalam pikiran terbersit bahwa kendaraan akan melaju di jalan mulus dan datar. Ternyata di luar dugaan, jalannya turun sangat tajam, menanjak dan nikung. Keadaannya lebih menantang ketimbang jalan Bandung-Pangalengan.

Meski demikian, akhirnya sampai di Pondok Pesantren (Ponpes) At-Taslim yang jadi lokasi BLK Komunitas. Lega perasaan ini karena tiba dengan selamat dan langsung disambut Pimpinan Ponpes At-Taslim Ajengan Agus Malik Annamawi. “Apa kita ngobrol di saung apa ke BLKK?,” tanyanya. Tanpa pikir panjang, akhirnya sepakat ke BLKK.

Ponpes At-Taslim berdiri di atas tanah seluas 2.400 meter persegi. Ada asrama putra-putri, masjid, Madrasah, sekolah tingkat pertama Tsanawiyah dan BLKK  yang berdiri tahun 2019.  BLKK mulai melakukan kegiatan (operasional) 2020.

Keberadaan BLKK At-Taslim ini merupakan BLK yang bergerak di bidang pengolahan hasil pertanian. “Karena itu BLKK At-Taslim mengambil peran dalam pengolahan kopi,” tutur Agus Malik dengan menyebutkan pertimbangan pengolahan kopi karena bahan baku mudah diperoleh mengingat masyarakat di sekitar adalah petani kopi.

Pertimbangan lain adalah munculnya booming minum kopi yang tak hanya menjadi kegemaran para orang tua, tapi juga para milenial. Hal ini, ujar Agus, menjadi pendorong BLKK membuka jurusan pengolahan kopi. “Kita bisa lihat maraknya warung atau cafe kopi selalu penuh pengunjung,” ungkapnya.

Jadi, melihat tren tersebut BLKK membuka kejuruan pengolahan hasil pertanian khusus kopi. Sejak berdiri, BLKK At-Taslim sudah melahirkan empat angkatan dengan jumlah peserta latihan 54 orang. Para peserta, selain dari masyarakat yang minat dan lolos seleksi, juga para santri.

“Kepada peserta diajarkan dari mengenal seluk beluk kopi hingga menjadi barista penyeduh kopi. Alhamdulillah hingga saat ini masih berjalan dan banyak peserta yang sudah membuka usaha sendiri,” kata Agus Malik yang berjuang mendirikan pesantren dihadapkan pada berbagai tantangan.

Meski demikian, semua dapat dilalui dengan baik. Demikian pula untuk terus menjaga eksistensi BLKK yang saat ini masih dihadapkan pada masalah administrasi. Menghadapi hal ini, Agus Malik berharap pemerintah dari tingkat desa sampai Pemda bisa meberikan bantuan.

Ia menyampaikan demikian, karena keberadaan BLKK ini tak hanya memberi manfaat bagi para santri, tapi juga masyarakat yang ingin berlatih sesuai persyaratan yang ada. “Jadi, saya berharap ada upaya saling mendukung baik dari pemerintahan tingkat desa sampai ke Pemda,” kata Agus.

Ditambahkan, meski BLKK At-Taufik masih menghadapi kendala administrasi, tetap eksis sesuai tujuannya. Bahkan, tutur Agus Malik Annamawi, BLKK yang dipimpinnya saat ini ada diperingkat tujuh dari 3000-an BLKK. Ini karena BLKK At-Taslim telah menghadirkan produk unggulan yaitu kopi Mixiology. Kopi robusta dicampur rempah-rempah.

“Dengan minum kopi ini badan jadi segar, Karena itu, banyak orang yang suka,” turur Agus. Sayangnya, usaha kopi At-Taslim ini masih terkendala perizinan. Untuk itu, sebagai pengasuh Ponpes sekaligus pengelola BLKK At-Taslim tetap berharap ada kemudahan agar kemaslahatannya dapat dirasakan masyarakat.

Terkait Pendirian BLK Komunitas ini, menurut Menaker Ida Fauziyah adalah sebagai upaya penyebaran lembaga pelatihan kerja agar dapat diakses oleh masyarakat yang bertempat tinggal cukup jauh dari lokasi lembaga pelatihan kerja yang ada. Ia juga menegaskan, pihaknya tidak puas dengan hanya membangun.

“Kami ingin BLK Komunitas ini menjadi BLK yang secara mandiri menjadi bagian dari pemerintah untuk meningkatkan kompetensi tenaga kerja kita,” kata Ida Fauziyah beberapa waktu lalu. Jadi, imbuhnya, BLKK ini menjadi salah satu langkah konkret yang dilakukan Kemnaker untuk meningkatkan kompetensi sumber daya manusia Indonesia jelang puncak bonus demografi Indonesia yang diperkirakan akan terjadi pada 2030. (Syaifullah H)