Sering Dapat Tugas Tambahan, LBP dan Jokowi Itu Konco Lawas

by
Presiden Jokowi dan Menko Marves, Luhut Panjaitan. (Foto: Istimewa)

BERITABUNA.CO, JAKARTA – Menko Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Panjaitan atau kerap disapa LBP, termasuk salah satu menteri yang paling sering mendapat sorotan. Namanya kerap meramaikan pemberitaan media massa maupun diperbincangkan di media sosial (medsos).

Tidak banyak yang tahu bahwa Luhut sudah bersahabat sejak lama dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Bahkan, mereka berdua pernah menjalin bisnis karena Luhut setelah pensiun dari dinas militer, memilih dunia bisnis sebagai lahan pengabdiannya.

Artinya, Luhut dan Jokowi memang konco lawas, sehingga dalam persahabatan mereka itu, sudah saling mengenal sifat masing-masing, baik sisi buruknya maupun sisi positifnya.

Mungkin, karena melihat sisi positif dari Luhut tadi lah, Jokowi selaku kepala pemerintahan sering memberi tugas-tugas tambahan di luar tugasnya sebagai Menko Marves. Lebih dari itu, Jokowi meyakini tugas tambahan tadi bakal bisa diemban dan dilaksanakan sebaik-baiknya oleh Luhut. Ini sekaligus terkait soal kepercayaan.

Wartawan senior sekaligus politikus PDI Perjuangan, Panda Nababan dalam buku biografinya menyebut Luhut teman akrab Jokowi. Pernah suatu ketika, Jokowi datang ke Jakarta menemui Luhut di kantornya untuk urusan bisnis. Tapi karena Luhut sedang rapat, Jokowi pun harus menunggu. Dibuku itu dikisahkan bagaimana kemudian Jokowi menarik Luhut dalam kabinet di periode pertama Presiden RI tahun 2014.

“Luhut pernah mengatakan kepada saya, dirinya telah berteman dengan Jokowi relatif lama, sejak tahun 2006. Menurut Luhut, dirinya bekerja sama dengan Jokowi dalam bisnis mebel. Jokowi waktu itu telah menjadi Walikota Solo juga,” kisah Panda dalam bukunya yang dilihat beritabuana.co, Minggu (12/6/2022).

Awalnya, nama Luhut tak ada dalam susunan kabinet kerja yang diumumkan oleh Jokowi 26 Oktober 2014. Hal ini sempat menjadi pertanyaan, mengingat keterlibatan Luhut pada pemilu presiden (Pilpres) 2014 itu, yang memimpin Relawan Bravo 5 pendukung pasangan Jokowi – Jusuf Kalla. Bravo 5 diisi oleh sejumlah jenderal purnawirawan TNI, koleganya Luhut.

Panda menceritakan soal kendala Jokowi memasukkan Luhut yang memang sudah ada dalam daftar menterinya. Tapi karena ganjalan yang sangat politis tadi, Luhut gagal jadi pembantu Presiden. Luhut tak marah kepada mereka yang mengganjalnya, kecuali hanya bertanya.

Menurut Panda, Luhut sebetulnya sudah menjadi pilihan Jokowi sebagai salah satu menterinya. Baru lah pada tanggal 31 Desember 2014 Presiden melantik Luhut sebagai Kepala Staf Kepresidenan (KSP), sebuah lembaga baru di kantor kepresidenan.

Bisa dikatakan, posisi sebagai KSP ini hanya semacam ‘batu loncatan’ untuk Luhut saja. Sebab tak sampai setahun kemudian, Jokowi memberi pos baru untuk diembannya, sebuah pos yang begitu strategis dalam pemerintahan, yaitu Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam), dimana sjumlah kementerian berada dalam koordinasi Luhut.

Tak kalah strategisnya, Luhut kemudian digeser untuk menempati pos barunya sebagai Menteri Koordinator bidang Kemaritiman. Dia mengkoordinasikan sejumlah kementerian yang terkait dengan kemaritiman ini.

Ketika Arcandra Tahar diberhentikan Presiden Jokowi karena suatu hal, Luhut lah yang ditunjuk sebagai pejabat sementara Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Ini adalah tugas tambahan pertama dari Presiden Jokowi kepada Luhut. Dia sebagai menko kemudian diangkat sebagai pejabat sementara menteri mengisi pos yang ditinggal Arcandra.

Pada periode kedua pemerintahannya, Presiden Jokowi kembali menunjuk Luhut sebagai menteri, lagi-lagi sebagai menko, yaitu bidang kemaritiman dan investasi. Penunjukannnya di periode ini tak ada hambatan seperti di periode pertama itu.

Luhut ditunjuk sebagai Menko atas pilihan Jokowi sendiri, bukan karena rekomendasi pihak lain termasuk rekomendasi dari Partai Golkar, partai Luhut bernaung.

Ketika Indonesia dilanda Covid-19 sejak tahun 2000, Presiden Jokowi menunjuk Luhut dalam penanganan atau pengendalian penyebaran Covid-19. Kalau bukan karena dipercaya, tentu dia tidak akan ditunjuk mengatasi Covid-19 ini. Dan memang terbukti, bersama Menko Perekonomian Airlangga, Luhut menunjukkan kehebatannya.

Dia begitu serius dan sungguh-sungguh bekerja menjalankan tanggung jawab yang diberikan oleh Presiden Jokowi. Begitu juga dalam persoalan minyak goreng yang sempat menjadi persoalan besar, Presiden Jokowi jelas memiliki alasan tersendiri untuk menunjuk Luhut mengurai persoalannya.

Hal ini memang soal jam terbang juga. Bukan sekali ini dia diangkat sebagai menteri. Di era Presiden Gus Dur, Luhut ditunjuk sebagai Menteri Perdagangan dan Perindustrian (Menperin). Jadi, boleh dia bilang, putra Batak ini sudah punya pengalaman manajerial memimpin sebuah kementerian.

Tak hanya itu, berbagai pengalaman telah dialami Luhut semasa bertugas di militer, baik di dalam maupun di luar negeri. Apalagi dia sebagai Komando Pasukan Lhusus atau Kopassus, satuan elit TNI AD.

Selama menjadi anggota kabinet, Luhut memang terlihat lebih rasional dari pada emosional. Semua kritik kepada dia, disikapi dengan tenang dan santai. Bahkan, serangan politisi yang bertubi-tubi kepadanya tak disikapi dengan amarah. Luhut selalu bersikap gentleman kepada siapa pun yang menyerangnya, meski serangan itu sudah hampir menyudutkan dirinya. Tak hanya itu, Luhut terbuka dengan segala macam kritik yang ditujukan kepada dirinya.

“Kadang-kadang, maaf teman-teman bapak ibu juga yang langsung kritik saya, nembak enggak tau masalahnya. Jadi kalau boleh, mohon lain kali telepon saya saja pak, masalahnya apa sih,” kata Luhut di depan Anggota Badan Anggaran (Banggar) DPR RI pekan ini. (Asim)