Sebanyak 764 Ribu Vaksin Moderna Ditarik dari Peredaran, Karena Terkontaminasi Benda Asing

by
Ilustrasi

BERITABUNA.CO, JAKARTA – Sebanyak 764 ribu dosis vaksin Covid-19 Moderna, pada Jumat (8/4/2022), ditarik oleh perusahaan pembuatnya, Moderna Inc. Penarikan dilakukan karena ada penemuan sebuah botol vaksin dari produsen kontraknya, Rovi terkontaminasi benda asing.

Padahal vaksin-vaksin itu sudah banyak didistribusikan ke Norwegia, Polandia, Portugal, Spanyol, dan Swedia pada Januari lalu.

Namun beruntung, hasil pengawasan, bahw sejauh ini, tidak ada masalah keamanan yang teridentifikasi, seperti dilansir Reuters, Jumat (8/4/2022) — bahwa perusahaan mengambil langkah tersebut sebagai langkah hati-hati. Meski temuan itu hanya ada pada satu botol saja.

Namun sayangnya, perusahaan tidak memberikan detail lebih lanjut mengenai benda asing yang mengontaminasi botol vaksin.

Diketahui bahwa Jepang pada tahun lalu sempat menangguhkan penggunaan beberapa dosis vaksin Moderna. Setelah penyidikan, ditemukan kontaminasi baja tahan karat di beberapa botol vaksin.

Saat ini, lebih dari 900 juta dosis vaksin Moderna Covid-19 sudah diberikan di seluruh dunia.

Di Indonesia, Moderna resmi mengantongi emergency use authorization (EUA) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pada 2 Juli 2021. Vaksin Moderna jadi vaksin dengan platform mRNA pertama yang beredar.

Menurut informasi terbaru, ada stok sebanyak 1,53 juta dosis vaksin Covid-19 yang berpotensi kedaluwarsa pada April 2022 termasuk vaksin Moderna.

Direktur Utama Bio Farma, Honesti Basyir merinci ada sebanyak 436.370 dosis vaksin Moderna yang akan kedaluwarsa.

Penny K. Lukito, Kepala BPOM, menjelaskan pihaknya beberapa kali memperpanjang masa kedaluwarsa sejumlah vaksin yang sudah beredar dan vaksin yang tengah diproduksi di Indonesia.

Batas kedaluwarsa memberikan indikasi batas akhir jaminan mutu penggunaan vaksin jika disimpan dalam kondisi sesuai kondisi uji stabilitas.

“Perpanjangan shelf life (masa simpan) merupakan sesuatu yang lazim atau umum dilakukan di berbagai negara berdasarkan update data uji stabilitas yang diserahkan oleh industri farmasi pemegang izin edar,” kata Penny. (Kds)