Brompton: “Bertahan di Tengah Gempuran Road Bike”

by
Eko Guruh bersama sepeda kesayangannya

SEMENJAK covid-19 merebak Maret 2020, trend bersepeda naik dan digemari. Tak hanya lipat, MTB, minivelo, gravel dan road bike pun diburu pecintanya.

Harganya pun bervariasi, mahal tidaknya tergantung tingkat penjualannya. Meski sepeda lipat ada trend penurunan karena road bike dan gravel, tetap saja masih hapening.

Kecuali brompton, harga sepeda lipat memang lagi anjlok. Kembali ke harga normal, membuat pedagang kelimpungan karena stoknya penuh.

Melonjaknya permintaan sepeda lipat diakui atau tidak sedikit banyak pengaruh dari kedatangan brompton. Sepeda asal UK itu men-triger orang untuk bersepeda.

Brompton sepeda yang didesain tahun 1975 oleh Andrew Ritchie. Pabriknya terletak di Greenford, London, Inggris. Pendiri sekaligus perancangnya menggunakan nama brompton karena saat mendesain di apartemen bisa sekaligus melihat Brompton Oratory, London.

Desain brompton diperkenalkan pertama kali tahun 1977 meski lipatan rapi, masih kaku dan kasar. Brompton akhirnya menemukan desain terbaiknya dan menjadi merek yang digunakan secara global pada tahun 2011 silam. Sepeda kuntet ini terbanyak di Britania Raya, memproduksi sekitar 40.000 sepeda per tahun.

Sepeda ini memiliki beberapa kelebihan antara lain ; bobot ringan dan mudah dibawa cocok untuk bepergian jauh. Desain aman digunakan dengan bahan yang terbaik dari baja dan titanium.

Dari pabriknya, brompton memiliki empat tipe antara lain ; S tipe, M tipe, H tipe, dan P tipe. Untuk S tipe memiliki posisi grip rendah dan desain setang datar. M tipe posisi sepeda nyaman dan tegak dengan ruang bagasi depannya. Untuk H tipe mirip dengan M tipe namun setang yang lebih tinggi sekitar 59 cm. Terakhir P tipe memiliki setang berbentuk sayap kupu-kupu yang biasa ditemui pada sepeda balap.

Yang luar biasa harganya. Sepeda memiliki harga bervariasi dari kisaran Rp 20 juta dan Rp 30 juta bahkan untuk varian tertentu sampai di harga Rp 90 juta.

Mengingat tak murah, sepeda pun jadi aset. Beberapa orang mengoleksinya sebagai piranti gengsi. Karena mahal, tak semua bisa memiliki dan hanya para sultan yang punya.

*Eko Guruh* – (Pengamat Pesepeda dan mantan ASN) 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *