BERITABUANA.CO, JAKARTA – Baliho dan spanduk Ketua DPR Puan Maharani menghiasi sudut-sudut kota di daerah -daerah termasuk di DKI Jakarta. Masyarakat dengan mudah dapat melihatnya karena karena dipasang ditempat strategis seperti di perempatan jalan raya. Selain gambar Puan Maharani yang berbusana pakaian daerah, semua baliho dan spanduk itu seragam bertuliskan “Jaga Iman, Jaga Imun Insya Allah Aman, Amin”. Sebuah pesan ke masyarakat ditengah masa pandemi Covid-19.
Tapi, di Blitar dan Surabaya, Jawa Timur, ada sejumlah spanduk dan baliho itu korban vandalisme. Dicoret-coret dan ditulis kata-kata kotor di dekat foto Puan Maharani. Para pelakunya sudah ada yang ditangkap aparat kepolisian.
Apa sebetulnya maksud pemasangan baliho dan spanduk tersebut? Menurut pengamat politik Ujang Komarudin, baliho maupun spanduk Puan Maharani yang akhir-akhir ini bisa ditemukan di pinggir jalan raya adalah bagian dari strategi sosialisasi konvensional. Karenanya, seorang politisi apalagi sekelas Puan Maharani memasang baliho maupun spanduk, sah-sah saja jika dilakukan sesuai ketentuan.
“Ya, lumrah saja kan, apalagi kita tahu Puan itu ingin menjadi capres atau cawapres, maka agar masyarakat lebih mengenal dirinya, maka dipasang itu baliho-baliho di seluruh negeri,” kata Ujang menjawab beritabuana.co, Jumat (30/7/2021).
Selain bermaksud mensosialisasikan dirinya tambah Ujang, spanduk dan baliho itu bisa juga sebagai upaya untuk mengangkat dan menaikan elektabilitasnya yang selama ini masih mendem atau rendah. Tegasnya kata Ujang, pemasangan spanduk dan baliho itu bagian dari langkah awal sosialisasi pencapresan.
“Kita bisa memahami hadirnya spanduk dan baliho Puan Maharani itu sebagai sosialisasi yang masif, untuk menaikkan popularitas dan elektabilitas,” kata dosen di Universitas Al Azhar Indonesia ini.
Terkait adanya aksi coret-coret terhadap spanduk dan baliho seperti di Jawa Timur, Ujang menduga kemungkinan dilatarbelakangi ketidaksukaan sekelompok orang atas pemasangannya.
“Mungkin saja ada orang atau sekelompok orang yang tak suka atas pemasangan spanduk dan baliho tersebut. Karena mungkin ada masyarakat menganggapnya tidak tepat disaat pandemi Covid-19. Mereka itu berpikir, rakyat butuh makan, tak butuh baliho,” tambah Ujang. (Asim)