Pemimpin – Team dan Budaya Unggul Dalam Mewujudkan Visi – Misi dan Tujuan (VMT) Organisasi

by
Ilustrasi

SETIAP organisasi swasta maupun organisasi publik pastinya memiliki visi, misi dan tujuan ( VMT ).

Visi selalu dikaitkan dengan cara pandang masa depan dan posisi organisasi. Sebagai contoh, organisasi yang ingin memposisikan dirinya sebagai organisasi tangguh dalam menghadapi persaingan dan tantangan masa depan.

Sedangkan misi organisasi selalu dikaitkan dengan upaya yang berkaitan dengan operasionalisasi tugas, peran dan sasaran ideal yang akan dilaksanakan sesuai dengan mandat yang sudah ditetapkan organisasi, semisal mampu menjadi perusahaan jasa yang cepat, murah dan tepat waktu. Sedang tujuannya berkaitan dengan meningkatnya kepuasaan dan daya beli masyarakat.

VMT adalah kompas organisasi sebagai titik pangkal gerak organisasi dalam menunjukkan eksistensi yang memuat tentang postur organisasi serta potret organisasi yang berhubungan dengan kultur dan upaya yang dilakukan sebagai kesatuan utuh guna membentuk image di ruang publik.

Perusahan retail warung modern misalnya akan membangun postur dirinya yang membedakan dengan perusahaan pesaingnya termasuk aspek yang berkaitan dengan kultur, sistem operasional pelayanan, jenis – merek dan harga barang, kinerja pegawai dan menajemen yang semuanya akan menjadi potret dari wajah masing masing di dalam ruang imajinasi publik.

Dari uraian diatas VMT menjadi penting dan ada dalam setiap organisasi apapun. Bahkan pada ruang pribadi sekalipun VMT adalah hal yang seharusnya ada pada setiap orang. VMT dalam ruang pribadi selalu disebut dengan cita cita, tentang posisi saat ini dan kehendak pencapaian posisi masa depan.

Namun demikian VMT tidak akan pernah dapat dioperasionalkan, dijalankan atau diimplementasikan atau dengan kata lain VMT memerlukan prasyarat tertentu dalam manajemen organisasi. Sebagaimana John Max Well katakan, VMT memerlukan setidaknya 3 syarat mendasar yang akan mempengaruhi keberhasilan atau pencapaian VMT dalam jangka pendek, sedang maupun panjang.

3 ( tiga ) syarat tersebut adalah :

1. Good and Strong Leader and Leadership
Faktor kepemimpinan menjadi prasyarat pertama yang perlu di bangun oleh semua komponen kepemimpinan pada semua level baik strategis, teknis dan taktis atau jika mengacu kepada tangga level kepemimimpinan yaitu atas – tengah dan lini operasional.

Good and Strong Leader and Leadership selalu dikaitkan dengan personality dan kompentensi menjalankan peran kepemimpinan seseorang. Personality selalu dikaitkan dengan aspek aspek kepribadian sang pemimpin mulai dari tampilan fisik, rekam jejak maupun aspek yang berkaitan dengan orientasi. Sikap, tindakan dan muatan kompetensi dirinya termasuk hal yang berhubungan dengan integritas dan muatan profesionalisme dari seorang pemimpin dalam menjalankan peran kepemimpinannya.

Good and Strong Leader and Leadership harus ada dan terbentuk pada semua level tidak terkecuali apalagi pada organisasi yang mewadahi jumlah pegawai yang cukup besar. Maka dari itu, organisasi dikatakan solid jika diawali oleh soliditas pemimpin dan kepemimpinan. Artinya di semua level kepempiminan memiliki standar norma dan perilaku yang sama.

Banyak contoh dapat kita lihat orgaisasi tidak memiliki cukup strong and good leader and leadership. Atau strong and leadership hanya ada pada level atas atau sebaliknya hanya berada di lini operasional. Jika hal ini terjadi maka tidak akan pernah terwujud organisasi yang unggul. Organisasi yang gagal membentuk good and strong leader and leadership akan terjebak pada problem organisasi yang berulang. Terjadi jurang yang jauh antara retorika organisasi dan realita organisasi yang berujung pada postur dan potret organisasi yang palsu.

Untuk mewujudkan strong leader and ledership salah satunya adalah melalui pelatihan dan pendidikan pemimpin dan kepemimpinan. Pendidikan sebagai kawah candradimuka bagi kader kepemimpinan di semua level, tentang bagaimana peran kepemimpinan di laksanakan, termasuk pola penugasan yang beragam pada berbagai ruang jabatan dan wilayah penugasan sebagai suatu “mission test “ sekaligus “ enriching the leadership competence “.

2. Team yang Solid dan Tepat

Organisasi adalah wadah bagi sekumpulan orang yang memiliki ikatan baik bersifat personal, komunal maupun profesional yang memiliki tanggung jawab dan kepentingan sama yang diformulasikan dalam visi – misi dan tujuan ( VMT ) .

Dalam rangka menjalankan VMT tersebut, setelah prasyarat adanya pemimpin dan kepemimpinan yang kapabel, organisasi juga harus memiliki team kerja kapabel dalam mengoperasionalkan seluruh program dan rencana kerja yang telah di tetapkan.

Team yang kapabel tentunya juga memiliki prasyarat mendasar yaitu The Right Men ( kata jamak dari man ) In The Right Place. Dengan menggunakan prinsip the nature of animals yang berkelompok berdasarkan jenisnya, maka demikian pula dengan pembentukan team.

The Right Men ( bentuk jamak dari man ) diawali dengan kesamaan motivasi. Motivasi memiliki peran sangat fundamental dalam pembentukan soliditas dan winning team. Soliditas hanya bisa terbentuk dan dioperasionalkan jika seluruh anggota team memiliki motivasi yang sama dalam menjalankan tanggung jawab dan peran team dalam mewujudkan terlaksananya VTM organisasi. Karena motivasi akan sangat berkaitan erat dengan integritas, determinasi (daya juang) dan kreasi atau karya yang dihasilkan ( IDK ).

Aspek Kedua setelah motivasi adalah kompetensi anggota yang dipilih dalam suatu tim. Kompetensi anggota team disesuaikan dengan karakter dan beban kerja team atau organisasi. Semakin homogen beban kerja team atau organisasi semakin spesifik kompetensi yang dibutuhkan. Semakin heterogen beban kerja team dan organisasi semakin beragam kompetensi anggota yang dibutuhkan, yang kemudian bekerja sebagai satu kesatuan integral sebagai team.

Kombinasi antara Motivasi yang solid dan kompetensi yang tepat menjadi harapan mendasar dari tercapainya team yang profesional dan kompetitif yang out comenya adalah prestasi.

3. Budaya Positif

Setelah pemimpin dan kepemimpinan serta team yang solid dan tepat, organisasi yang unggul dicirikan dengan adanya budaya positif yang berkembang di dalam lingkungan organisasi. Budaya positif selalu dikaitkan dengan tata laku personal di dalam organisasi. Tata laku yang bersifat relasional antara personal dengan sistem organisasi itu dioperasionalkan demi kepentingan organisasi itu sendiri maupun kepentingan publik yang lebih luas.

Membentuk budaya positif di dalam suatu organisasi tidaklah mudah, meskipun organisasi telah memiliki banyak instrumen dasar dalam mendorong terbentuknya budaya positif. Semakin besar organisasi dan semakin besar jumlah anggotanya maka tantangan terbentuknya budaya positif yang sempurna dan ideal semakin tidak mudah apalagi organisasi dihadapkan pada lingkungan sosial dengan beragam identitas dan budaya.

Karena itulah organisasi berupaya menjaga budaya positif melalui mekanisme pengendalian budaya organisasi melalui doktrinasi, komitmen dan konsensus, reward and punishment atau melalui promosi dan demosi agar seluruh anggota dalam suatu organisasi tetap menjaga marwah organisai melalui pemuliaan budaya budaya positif dalam organisasi.

Yogya, Mei 2021

*Satrio Toto Sembodo* – ((Pecinta Tanah Air dan Pancasila) 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *