BLKM Jabar Entas Pengangguran Jadi Pengusaha Mandiri

by
Kepala BLKM Jabar Rina Puspita bersama peserta yang sudah buka usaha kedai kopi.

BERITABUANA.CO, BANDUNG–Tingkat pengangguran yang masih tinggi di Provinsi Jawa Barat (Jabar) menjadi perhatian serius Balai Latihan Kerja Mandiri (BLKM). Karena itu, dengan segala keterbatasan yang dihadapi, baik anggaran maupun instruktur yang ada BLKM terus memaksimalkan fungsinya yakni pelatihan kerja.

Kepala BLKM Disnakertrans Jabar Rina Puspita mengatakan, sasaran pelatihan kerja mandiri adalah pengangguran SD-SMP sekitar 1,12 juta orang atau 47,48 persen. “Untuk tahun 2021 ini kuota pelatihan BLKM 360 orang,” jelasnya saat menerima rombongan Forum Wartawan Ketenagakerjaan (Forwaker) di Bandung, Rabu (7/4/2021).

Dari kuota 360 orang ini, menurut Rina, pelatihan kerja akan dilaksanakan 12 angkatan dengan rincian setiap angkatan ada 30 orang peserta. Melalaui pelatihan kerja ini, BLKM diharapkan para pesertanya setelah mengikuti latihan dapat membuka usaha mandiri.

Sehubungan hal itu, ujar Rina, pihaknya menjalin kerjasama dengan perbankkan, seperti Bank Jabar. Hal ini dimaksudkan agar peserta yang ingin membuka usaha mandiri dapat pinjaman ringan tanpa agunan. Melalui langkah ini, tidak sedikit para peserta yang sudah berhasil mandiri dengan membuka usahanya.

“Sampai saat ini sudah ada 5.300 alumni pelatihan kerja BLKM. Alhamdulillah dari jumlah itu,n 20 % di antaranya sudah mampu untuk membuka usaha secara mandiri,” tutur Rina. Pihak BLKM, imbuhnya, selalu melakukan monitoring dengan para peserta yang pernah mengikuti pelatihan.

BLKM menyelenggarakan kejuruan tata boga, las listrik, tata rias wajah dan hijab, financial life skill, barista, catering, otomotif service sepeda motor ringan, bakery, start-up, serta teknik cukur dasar. Dalam melaksanakan pelatihan BLKM menjalin kerjasama di lapangan dengan UNPAD, shopee, gofood, bank bjb, sekoper cinta, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sekolah cukur, serta USAID.

Diungkapkan Rina, BLKM yang dipimpinnya tidak hanya menggelar in house training, tetapi ‘menjemput bola’ bagi warga di pedesaan. Untuk melaksanakan ini dilakukannya dengan Mobil Training Unit. Maksudnya, pelatihan diselenggarakan di lokasi yang jauh dari balai latihdn kerja.

“Melalui mobil training ini, masyarakat di daerah terpencil atau perbatasan bisa memperoleh pelatihan kerja,” kata Rina seraya berharap pihaknya dapat bantuan dari Kementerian Ketenagakerjaan mengingat selama ini BLKM Jabar hanya mengandalkan APBD. “Ini sangat jauh karena dibagi-bagi,” tandanya.

Di tempat terpisah Kepala Balai Latihan Kerja (BLK) Pekerja Migran Indonesua (PMI) Jabar Cucu Cahyani Ranita menyatakan, BLK PMI selain melatih bahasa para calon pekerja migran juga melakukan pemberdayaan bagi para purna PMI. Karena itu, BLK PMI memerlukan anggaran Rp 17 hingga Rp 19 juta untuk membiayai seorang peserta, dalam satu paket pelatihan.

“Masalah lain yang kami hadapi sampai saat ini adalah belum memiliki asrama, sehingga peserta pelatihan terpaksa diinapkan di hotel. Ruang pelatihan pun hanya ada dua unit,” jelas Cucu. Padahal, untuk sekali periode pelatihan diikuti, 20 hingga 40 peserta selama 21 hari.

Ia menyebutkan, semua anggaran tersebut diperoleh dari anggaran pendapatan belanja daerah (APBD). Beruntung, ujar Cucu, selama musim pandemi ini pelatihan dilakukan secara darimg.

Menyinggung soal BLK itu juga melakukan pemberdayaan bagi para purna PMI. “Para purna PMI diberi pelatihan, yang sifatnya, untuk mempersiapkan mereka berwiraswasta,” kata Cucu dengan menyebutkan, pelatihan itu di antaranya, produksi kuliner berbahan baku singkong dan pisang. Pelatihan dilakukan.mulai dari produksi, kemasan, hingga pemasaran. Kendala yang terjadi, jelas dia, terletak di tahap produksi dan pemasaran.

“Tahap produksi dari sisi permodalan dan pemasaran. Untuk itu, kami kerja sama dengan BNI dan Shopee,” jelas Cucu serata berharap, BLK yang dipimpinnya dapat melahirkan PMI berkompetensi, serta memberdayakan purna PMI. (Syaifullah H)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *