Ini Pandangan Kobu Akan Makna Merah Putih

by
HUT RI Ke 75, Proklamasi.

BERITABUANA.CO, JAKARTA – Aktivis pro demokrasi Jakobus KM Padang punya pandangan tersendiri akan makna merah putih yang diabadikan sebagai bendera nasional. Menurut dia, bendera merah putih ini suatu simbol, yaitu simbol kemerdekaan.

Nah, kata Kobu sapaan Jakobus saat dihubungi beritabuana.co, Senin (17/8/2020), bertepatan dengan HUT RI le 75 ini, kemerdekaan ini diraih dengan susah payah oleh banyak pejuang yang saat itu ikhlas mengabaikan dirinya demi republik.

“Jadi, Merah Putih yang hari-hari ini berkibar di mana-mana, mulai dari ukuran kecil di spion mobil sampai ukuran raksasa di Monas hanyalah simbol, simbol kemerdekaan,” katanya.

Kobu yang mengagumi sosok Proklamator Bung Karno mengingatkan kembali, sesungguhnya republik ini, yang disimbolkan Merah Putih amat mahal karena memakan korban begitu banyak.

Di masa lampau, saat- saat sebelum dan ketika baru beberapa tahun Merah Putih simbol kemerdekaan dikibarkan, puluhan, ribuan, bahkan puluhan ribu orang tidak bisa tidur nyenyak. Tidak bisa menikmati makanan bahkan kelaparan, menahan sakit tanpa perawatan, menghentikan kerja rutinnya, meninggalkan keluarga, terkurung di terali besi dan lainnya bersimbah darah sampai meregang nyawa.

“Itu mereka lakukan,berjuang merebut dan mempertahankan kemerdekaan,” cerita Kobu yang pernah menjadi anggota DPR RI dari PDI Perjuangan.

Dalam kaitan ini lah menurut Kobu pentingnya kita hening cipta, untuk merenungkan betapa beratnya perjuangan untuk memerdekakan negeri ini.

Sayangnya kata Kobu, sekarang hening cipta menjadi salah kaprah, diubah menjadi doa. Hening Cipta menurut Kobu adalah perenungan, perenungan atas usaha di balik pencapaian agar pencapaian itu dihargai lalu dirawat karena paham betapa sulitnya pencapaian itu.

“Apalagi tahu mereka yang menguras energi untuk pencapaian, kemerdekaan kalau kita berbicara dalam konteks kebangsaan kita, sebagian benar-benar semata berkorban. Yah berkoban semata demi kemerdekaan, karena mereka tidak mendapatkan apa-apa,” kata pendiri Institut Marhaen ini.

Sebagian diantaranya tambah Kobu, dikukuhkan sebagai pahlawan, tetapi sebagian tidak. Di antaranya Inggit Garnasih, yang menumpahkan seluruh energinya untuk bangsa ini, tetapi tidak mendapatkan apapun dan ia memang tidak menuntut apapun.

Kobu bertanya, dalam hening cipta kita, pantaskah Inggit Garnasih dibiarkan begitu saja? Perempuan ini harus membanting tulang untuk membiayai pergerakan sang suami, Bung Karno yang hari-harinya hanya ia habiskan untuk perjuangan memerdekakan Indonesia. (Asim)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *