MANA yg lebih berbahaya antara tidak tahu tidak mampu dan tidak mau tahu? Walaupun ke tiganya berdampak pada kompetensi dan profesionalisme tidak mau tahu yang paling berbahaya.
Bodoh bisa diberitahu dilatih diajar agar mampu melakukan sesuatu. Sedangkan tidak mau tahu merupakan sikap apatis masa bodoh boleh dikatakan mati rasa.
Orang yang mati rasa tidak ada empati dan bela rasa lagi. Semua dianggap angin lalu. Sikap masa bodoh bawaan orok mjd watak atau sifat yg mendarah daging dlm pikiran perkataan dan perbuatan.
Bgm jika sikap masa bodoh ini merasuk ke dalam gatra kehidupan manusia. Pd politik yg masa bodoh tentu esensi menjaga mempertahankan mencerdaskan dan mensejahterakan akan jauh panggang drod api.
Kebijakkan publiknya seolah layu sebelum berkembang hukum menjadi permainan pelayanan publik akan dijadikan lahan pemalakkan. Pendidikkan menjadi ajang jual beli nilai yg penting punya ijasah gelar tanpa kemampuanpun biasa saja.
Bodoh dalam ranah apapun masih ada harapan krn diberitahu diajarkan bahkan bisa diluruskan. Proses pembelajaran dpt mjd andalan atau dasar perbaikkan.
Manusia mahkluk pembelajar. Hidupnya spt tabularasa putih tanpa tulisan semua kemampuan manusia bkn berdasarkan insting melainkan proses belajar dan berlatih. Di samping jg mendalami spirit dari apa yg dipelajarinya.
Tatkala melihat mendengar merasakkan dlm kebijakkan publik dilakukan keputusan atau aturan2 yg kontra produktif maka akan timbul berbagai pertanyaan kecurigaan hingga ketidak percayaan.
Apalagi terang terangan memalak dan menyimpangkan apa yg dipercayakan atau diamanahkan. Di dalam birokrasi yg masa bodoh maka akan berdampak luas pd kehidupan sosial terutama pd sistem pelayanan publik. Semua dijadikan pasar ajang tawar menawar wani piro oleh piro.
Kekuasaan kewenangan di dalam pengelolaan sumber daya dan pendistribusiannya dlm birokrasi yg masa bodoh akan sarat rekayasa hingga diskresi birokrasi yg cenderung mjd tindakkan korupsi.
Model premanisme dan gaya2 karnaval yg sarat kepura puraan sampai tipu daya menjadi hal lumrah dilakukan. Bahkan ada yg menganggap sbg kenyataan dan kewajiban yg hrs diberikan sbg pelumas untuk menjalankan roda kehidupan.
Birokrasi yg masa bodoh model pendekatan personal mengalahkan pendekattan inpersonal atau pendekatan berbasis kompetensi. Pasar jabatan kekuasaan akan sarat broker sbg tali jiwa pengepul dana untuk disalur salurkan kepada yg memiliki kuasa mendominasi sumber daya dan pendistribusiannya.
Yg dijadikan ikon atau maskot ya itu itu saja model jendela jauhari. Siapa yg disuka akan diangkat mjd kroni dan apa yg disabdakan pasti terjadi walau melukai hati atau merusak tatanan birokrasi.
*Brigjen Pol. CDL* – (Direktur Keamanan dan Keselamatan Korlantas Polri)