Garap Proyek Pemerintah, Ujang Komarudin: Andi dan Belva Masuk ‘Jebakan Batman’

by
Ujang Komarudin, Dosen Universitas Al Azhar, Jakarta.

BERITABUANA.CO, JAKARTA – Dosen di Universitas Al-Azhar Jakarta, Ujang Komarudin mengakui dua Staf Khusus (Stafsus) Milenial Presiden, yakni Andi Taufan Garuda Putra dan Adamas Belva Syah Devara adalah anak muda potensial dan berprestasi.

“Sayang, karena pengalaman dalam pemerintahan masih minim, membuat ke duanya melakukan tindakan ceroboh dan berperilaku tak pantas sebagai Stafsus Presiden Jokowi,” kata Ujang dihubungi beritabuana.co, Senin (27/4/2020).

Ujang mengatakan ini saat diminta menanggapi langkah Andi Taufan dan Belva Syah yang mengundurkan diri sebagai Stafsus Presiden Jokowi setelah mendapat sorotan dari masyarakat.

Menurut dia, menggarap proyek pemerintah menggunakan perusahaan pribadi adalah perbuatan salah dan merupakan kesalahan pribadi. Apalagi, Andi Taufan dan Belva ada di lingkaran Jokowi, keduanya pejabat.

“Tetapi, pejabat millenial tersebut salah langkah dan masuk ke ‘jebakan batman’,” kata Ujang seraya menambahkan bahwa secara etika, kepatutan dan dilihat dari sudut pandang mana pun, tak dibenarkan seorang pejabat menggarap proyek pemerintah, apa lagi dengan menggunakan perusahaan pribadinya.

Ditambah lagi, dengan membuat surat menggunakan kop dan logo Sekretariat Kabinet (Setkeb) RI. Karena itu, sudah selayaknya dan sepantasnya mereka mengundurkan diri.

“Bahkan wajib hukumnya mundur. Dan keduanya sudah mundur,” kata Direktur Eksekutif Indonesia Political Review ini.

Namun, menurut Ujang, Belva yang menjadi CEO Ruangguru, masih lebih beruntung. Sebab, meski dia sudah mundur dari Stafsus Presiden Jokowi, perusahaan miliknya itu masih dapat untung besar, yaitu dari proyek Rp 5,6 Triliun terkait pelatihan online Kartu Prakerja yang masih jalan.

“Harusnya Belva dan perusahaannya mundur juga dari menggarap proyek pemerintah tersebut. Belva masih beruntung,” tandasnya.

Masih menurut Ujang, dalam pandangan publik, Andi Taufan yang dikenal pendiri PT Amartha Mikro Fintek (Amartha) dan Belva Syah Devara memang dipersepsikan tidak bagus, yakni karena mereka sendiri yang berbuat kesalahan. Apalagi kesalahannya fatal dan vulgar.

“Baru saat ini ada Stafsus atau pejabat yang menggarap proyek pemerintah dengan perusahaannya sendiri. Biasanya seorang pejabat, jika ingin menggarap proyek pemerintah menggunakan perusahaan orang lain. Biasanya bermain cantik. Tidak menggunakan perusahaan sendiri. Mereka berdua kurang bisa menjaga amanah dengan baik. Wajar jika publik menilai kurang baik,” katanya lagi.

Dosen di universitas Al-Azhar ini berpendapat, kaum milenial itu selain harus berprestasi, juga harus memiliki integritas. Jangan karena lagi dapat posisi bagus di lingkungan ke presidenan, lalu main proyek untuk kepentingan pribadi.

“Karena itu ke depan, Presiden Jokowi harus selektif dalam memilih stafsusnya, juga harus mengevaluasi total para stafsus-stafsus tersebut. Yang baik pertahankan, dan yang main-main pecat saja,” pungkas Ujang Komarudin. (Asim)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *