Operator Telekomunikasi Perlu Antisipasi Normalitas Baru Pengguna High-Data Internet

by
Praktisi digital Endy Kurniawan yang juga media expert di Open Parliament Institute. (Foto: Istimewa)

BERITABUANA.CO, JAKARTA – Meski belum nampak terkendala akibat lonjakan penggunaan internet setelah berduyun-duyunnya masyarakat bekerja dan belajar di rumah atau work from home/WFH, ada masalah laten konektivitas di Indonesia, yaitu reliabilitas untuk transmisi konten yang sifatnya interaktif.

Hal ini, menurut praktisi digital Endy Kurniawan yang juga media expert di Open Parliament Institute melalui keterangan persnya, Minggu (5/4/2020) disebabkan tidak semua titik di Indonesia, khususnya daerah-daerah terdepan, terluar dan tertinggal terlayani dengan kualitas jaringan yang baik.

“Jangankan di wilayah terisolasi, di kawasan terpencil di Pulau Jawa saja masih mengandalkan 2G, padahal konten pembelajaran jarak jauh dan telekonferensi perlu koneksi yang ‘lega’ agar berlangsung efektif,” katanya.

Sebagai akibat diberlakukannya physical distancing bahkan lockdown di beberapa kota dan negara akibat pandemi virus corona atau Covid-19, aplikasi remote working dan distance learning kebanjiran pengguna. Hari belakangan, Zoom misalnya digunakan hampir 200 juta orang yang melakukan rapat virtual jarak jauh di seluruh dunia.

“Ini belum termasuk aplikasi lain seperti Webex besutan Cisco, Google Meeting & Hangout, Skype, Facetime di produk keluaran Apple, juga Microsoft Team,’ sebut dia.

Di Indonesia, lanjut Endy, chat messenger seperti Whatsapp juga bertambah fungsi sebagai alat bertemu murid dan gurunya saat belajar di rumah. Belum termasuk beberapa plaftorm khusus penyedia pembelajaran jarak jauh di Indonesia seperti Ruangguru, Great Edu atau yang menyediakan konten interaktif global seperti Coursera dan Udemi.

“Lonjakan penggunaan internet untuk utilitas dan fungsionalitas seperti untuk belajar, pelayanan oleh instansi dan bekerja oleh para karyawan harus beradu dengan kebutuhan tersier seperti pengguna media sosial, content creator dan gamers. Perilaku ini makin menjadi-jadi karena banyak waktu sendiri dengan gawainya, bukan bersosialisasi fisik,” tambah Endy.

Kabar baiknya, menurut dia, operator telekomunikasi telah mensiapsiagakan kehandalan jaringan masing-masing dan dari sisi layanan berlomba memberikan kemudahan. XL misalnya menambah kapasitas di 1.000 titik dan bisa ditambah sesuai kebutuhan. Sementara operator merah Telkomsel dan Indosat memberikan diantaranya 30GB gratis akses internet untuk belajar daring.

Melihat fakta puncak pandemi Covid-19 belum sampai di puncaknya serta mengantisipasi tren penggunaan internet yang makin tinggi pasca-pandemi, perlu dilakukan terobosan untuk menciptakan pemerataan konektivitas telekomunikasi khususnya internet.

Baru seminggu setelah diberlakukannya WFH (Working From Home) operator telekomunikasi melaporkan kenaikan traffic 3-4%. Jasa VPN (Virtual Private Network) secara global mengalami peningkatan signifikan dalam masa pandemi. Catatan Bloomberg, di Italia penggunaan VPN meningkat hingga 112% pada akhir Maret. Di Iran penggunaan VPN tercatat meningkat 38% dalam periode yang sama.

Sabuk Palapa (proyek Palapa Ring) yang belum mencapai hasilnya harus dibarengi pemanfaatan teknologi dan bisnis model baru untuk meningkatkan penetrasi internet hingga pelosok. Di waktu-waktu mendatang, penggunaan koneksi internet akan makin tinggi dan mencapai normalitas baru.

“Masyarakat dan pelaku bisnis menanti rancangan baru untuk masa depan digitalisasi Indonesia, bukan hanya pemerataan tapi kecepatan dan kehandalan,” tutup Endy. (Asim)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *