Kepala BNN Suyudi Ario Seto, Dengan Strategi Global Berantas Narkoba

by
Kepala BNN Komjen Pol. Suzuki Ario Seto. (Foto: Ist)

URIP IKU URUP” adalah pepatah Jawa yang berarti “hidup itu menyala,” yang melambangkan hidup harus memberikan manfaat bagi orang lain.

Filosofi yang konon diajarkan oleh Sunan Kalijaga atau tokoh pewayangan Semar bisa disematkan Kepada Kepala BNN Komjen Pol Suyudi Ario Seto.

Betapa tidak, sejak dilantik Presiden Prabowo Subianto di lstana Kepresidenan 25 Agustus 2025, Suyudi langsung bergerak cepat.

Ia segera menyusun blue print (cetak biru) rencana pemberantasan narkotika secara komprehensif. Ide utama Suyudi berfokus pada penguatan strategi nasional Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika (P4GN) dengan pendekatan yang humanis, sinergis, dan berbasis kearifan lokal untuk mewujudkan “Indonesia Bersinar” (Bersih dari Narkoba).

Ide brilian ia wujudkan dengan tema “War on Drugs for Humanity”. Suyudi menegaskan perang melawan narkoba sebagai misi kemanusiaan yang membutuhkan semangat dan dedikasi tinggi dari seluruh jajaran BNN.
Pendekatan yang humanis berbasis ilmiah, terutama diterapkan terhadap para pengguna narkoba, dengan memandang rehabilitasi sebagai jalan menuju kesembuhan, bukan hukuman.

Suyudi menanamkan nilai-nilai soliditas, integritas, dan sinergitas di internal BNN, serta disiplin dan tanggung jawab moral untuk menjaga marwah institusi.

Selain itu, Suyudi mengajak seluruh lapisan masyarakat, pemerintah daerah, dan aparat hukum lainnya untuk bersatu padu dalam pemberantasan narkoba, karena ini bukan hanya tugas BNN semata. Ia mendorong kemandirian desa melalui program Desa Bersinar (Bersih dari Narkoba).

Secara keseluruhan, kepemimpinan Suyudi, sebagai Kepala BNN memperkuat fondasi kelembagaan dan merangkul semua pihak dengan pendekatan holistik dan modern dalam menghadapi tantangan narkoba.

Berantas Kartel Narkoba

Di akhir Oktober, Suyudi bekerja sama Pemprov Jakarta melakukan kampanye bersama bertema “Jaga Jakarta Tanpa Narkoba” di Silang Monas, Jakarta Pusat. Dan di awal November secara beruntun BNN melakukan operasi blitzkrieg terhadap Kartel-Kartel Narkoba di Kampung Ambon, Cengkareng Jakarta Barat, Kampung Bahari, Tanjung Priok Jakarta Utara dan Kampung Berlan, Jakarta Timur.

Operasi mirip pemberantasan narkoba terhadap kartel-kartel Sinaloa di Meksiko dan Medellin di Kolombia ini sukses berkat kerja sama tim khusus Polisi Nasional Kolombia (Policia de Nacionale Colombia) dengan agen-agen DEA (Drug Enforcement Agency) dari AS yang dipimpin Steve Murphy dan Javier Sena. Mereka berhasil menembak mati gembong narkotika internasional Pablo Escobar di Medellin 2 Desember 1993.

Operasi pemberantasan narkoba yang dilakukan BNN di Jakarta dan wilayah lainnya di lndonesia berhasil menyita sekitar 300 kg narkoba berbagai jenis dan puluhan ribu butir ekstasi.

Kemudian disusul keberhasilan spektakuler Suyudi, saat menangkap langsung Ratu Narkoba internasional Dewi Astutik, yang terlibat penyelundupan shabu 2 ton senilai Rp 5 Triliun yang bersembunyi di Kamboja.

Dewi yang termasuk jaringan kartel narkoba Fredy Pratama, terkenal sangat lihai karena berganti-ganti profesi. Namun berkat informasi yang intelijen Suyudi bergerak meringkus Dewi Astutik di Kamboja.

Kampanye melawan peredaran gelap narkotika juga dilakukan Komjen Suyudi Ario Seto, melalu peran penting pelajar Indonesia di luar negeri dalam mendukung bonus demografi dan visi Indonesia Emas 2045.

Hal ini disampaikan Suyudi dalam Retreat Leadership yang dihadiri 68 ketua PPI dari berbagai negara dan pengurus PPI Dunia, yang beranggotakan 120 ribu pelajar dan berlangsung secara daring.

Suyudi mengatakan pelajar Indonesia di luar negeri memiliki peran penting sebagai kekuatan intelektual bangsa yang tidak hanya membawa pulang pengetahuan, tetapi juga integritas moral dan daya juang untuk membangun negeri.

Suyudi yang menghadiri sidang CND ke 68 di Wina, Austria menekankan bahaya peredaran narkotika sintetis yang makin masif peredarannya di berbagai negara.

Melihat kepemimpinan Suyudi, dengan ide-ide brilian inovatif, menjadikan beliau seorang pemimpin pragmatis dan progresif.

Seorang pemimpin pragmatis dan progresif adalah pemimpin yang berfokus pada pencapaian hasil nyata dan efektif (pragmatis), sambil tetap berpegang pada visi dan nilai-nilai yang mendorong perubahan positif dan berkelanjutan (progresif). Mereka mencari solusi berdasarkan apa yang berhasil di dunia nyata, bukan sekadar teori kaku, dan terbuka terhadap inovasi serta fleksibilitas.

Karakteristik Utama berorientasi pada hasil. Prioritas utama mereka adalah solusi dan manfaat praktis yang dapat memecahkan masalah saat ini, sering kali menginginkan hasil yang cepat dan nyata.

Fleksibel dan Adaptif, yaitu tidak terikat pada metode atau ideologi tradisional yang kaku. Sebaliknya, mereka bersedia menyesuaikan pendekatan mereka berdasarkan situasi dan data yang tersedia untuk mencapai tujuan.

Ali Sadikin secara luas dikenal sebagai pemimpin yang pragmatis dan progresif. Kepemimpinannya selama 11 tahun sebagai Gubernur DKI Jakarta (1966–1977) ditandai dengan pendekatan yang berani, inovatif, dan berorientasi pada hasil nyata untuk memodernisasi kota Jakarta yang sebelumnya dijuluki “Big Village” menjadi “Metropolitan City”.

*Nico Karundeng* – (Wartawan Senior/Wakil Pemimpin Redaksi www.beritabuana.co