BERITABUANA.CO, TOKYO — Amerika Serikat menegaskan dukungan penuh kepada Jepang di tengah memanasnya hubungan Tokyo–Beijing setelah Perdana Menteri Sanae Takaichi secara terbuka mengaitkan potensi konflik di Selat Taiwan dengan pengerahan militer Jepang. Pernyataan itu memicu reaksi keras dari China, termasuk ancaman ekonomi dan pembatasan perjalanan warganya ke Jepang.
Duta Besar AS untuk Jepang George Glass mengatakan Washington berdiri di belakang Tokyo dalam setiap ketegangan yang melibatkan China. Ia menyebut kritik Beijing terhadap Takaichi sebagai tindakan yang “keterlaluan” dan mencerminkan pola tekanan ekonomi yang sudah berulang dilakukan China.
“Ini merupakan kasus klasik tekanan ekonomi China. Secara langsung dari Presiden Donald Trump, dari saya sendiri, dan dari Kedutaan Besar AS: kami mendukung perdana menteri,” kata Glass usai bertemu Menteri Luar Negeri Jepang Toshimitsu Motegi, Kamis (20/11/2025) waktu setempat.
Glass juga aktif di media sosial sejak kontroversi itu mencuat, menanggapi komentar pejabat China dan mempertanyakan respons Beijing terhadap komentar Takaichi mengenai Taiwan.
Pernyataan Takaichi pekan lalu menjadikannya pemimpin Jepang pertama dalam beberapa dekade yang menyebut secara eksplisit bahwa eskalasi militer di Taiwan dapat mengarah pada pengerahan Pasukan Bela Diri Jepang. Ia menilai skenario tersebut bisa diklasifikasikan sebagai “situasi yang mengancam kelangsungan hidup”—status hukum yang membuka jalan bagi Jepang untuk membantu pertahanan negara sekutunya.
Respons Beijing
Respons Beijing sangat keras. Selain memperingatkan warganya untuk tidak bepergian ke Jepang, China menangguhkan rencana melanjutkan impor makanan laut Jepang. Menurut sejumlah sumber, Beijing juga menghentikan proses persetujuan film-film baru Jepang, termasuk enam judul yang seharusnya segera dirilis.
Ketegangan meningkat setelah Xue Jian, Konsul Jenderal China di Osaka, menyebut sikap Jepang sebagai “jalan buntu politisi bodoh.” Dalam unggahan lain yang kemudian dihapus, Xue menuliskan ancaman bernada kasar yang memicu kecaman dari berbagai pihak.
Glass menanggapi komentar itu dengan unggahan sinis di X, menyamakannya dengan “kartu Natal” yang datang lebih awal—sebuah pesan yang menegaskan kembali kedekatan posisi Washington dan Tokyo menghadapi tekanan Beijing. (Red)





