Gus Hayid Jadi Juri MQK Nasional FPTP di Jakarta

by
Dr. KH.Muhammad Nur Hayid, S.Thi, M.M, CSM, saat menjadi juri dalam lomba MQK 2025. FOTO: ISTIMEWA

BERITABUANA.CO, JAKARTA— Forum Percepatan Transformasi Pesantren (FPTP) Bersama Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) selesai menggelar ajang Musabaqah Qira’atil Kutub Nasional (MQKN) 2025 yang digelar di Gedung DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Jakarta Pusat, Minggu (9/11/2025).

Sebanyak 12 peserta mendapatkan penghargan juara 1,2,3 dan harapan 1,2,3 baik dari peserta putra maupun putri.

“Alhamdulillah, Hari ini saya sangat bangga dan senang bisa ikut melihat langsung dan sekaligus menjadi juri semi final dan final para calon ulama dan fuqoha muda dalam acara Musabaqoh Qiroatil Kutub Nasional yang digawangi oleh FPTP DPP PKB,” kata Dr. KH.Muhammad Nur Hayid, S.Thi, M.M, CSM, salahsatu dewan juri dalam lomba MQK 2025.

Selain itu, ada dewan juri lain seperti Wakil Ketua Umum PBNU, KH. Zulfa Mustofa, Pengasuh Ponpes API Tegalrejo, KH. Yusuf Chudlori dan Ibu Nyai Hj. Hindun Anisah.

“Para Peserta yang berasal dari berbagai pesantren di seluruh Indonesia adalah para kader penjaga estafet ajaran Ahlussunnah wal Jamaah dan nilai-nilai ke-NU-an yang menjadi ruh Islam Indonesia. Hadir sebagai juri Gus Yusuf Chudori, Nyai Hindun, Gus Hayid dan lainnya,” ujar Gus Hayid.

Gus Hayid berharap kegiatan MQK terus dijaga dan dilestarikan sebagai tradisi keilmuan berbasis turast yang berada di Indonesia. “Semoga PKB dan Gus Menko Abdul Muhaimin Iskandar terus bisa mengawal calon ulama ini dengan pelatihan dan training sebagai calon ulama yang ahli ilmu tapi juga paham urusan pemerintahan dan kemasyarakatan. Amien,” tutup Gus Hayid.

Sementara itu, sastrawan yang juga pengajar di Ma’had Aly Ali Maksum, Dr. KH. Aguk Irawan mengatakan di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern yang serba cepat dan pragmatis, Musabaqoh Qiraatul Kutub (MQK) Nasional yang diadakan FPTP dan PKB berkenaan dengan hari santri Nasional adalah sebuah oase yang menyegarkan.

Aguk menuturkan, MQK 2025 jadi sebuah kesempatan bagi santri-santri untuk menunjukkan kemampuan mereka dalam memahami dan menginterpretasikan kitab-kitab tersebut.

“Mereka adalah generasi yang akan membawa Islam ke depan, dengan pemahaman yang lebih dalam dan lebih luas tentang ajaran-ajarannya yang relevan dengan kebangsaan,” ujarnya.

Seperti diketahui, pada Sabtu-Minggu (8-9/11/2025) digelar semifinal dan final Musabaqah Qiraatil Kutub Nasional (MQKN) 2025 di DPP PKB, Jalan Raden Saleh, Jakarta Pusat.

Dalam MQK 2025 ini, ada tiga kitab yang dibaca diantaranya Ahkamul Sulthoniyah karya Imam Al-Mawardi, Ghiyasul Umam karya Al-Juwaini, dan Siyasah Syar’iyah karya Ibnu Taimiyah. etiga kitab tersebut bukanlah sekadar teks kuno yang tidak relevan dengan zaman.

Kitab-kitab itu adalah warisan intelektual dan jendela yang membuka kita pada khazanah intelektual Islam yang kaya dan mendalam. Terutama di bidang politik dan ketatanegaraan.

Sebagaimana yang pernah disampaikan Imam Al-Ghazali bahwa tegaknya agama tak terlepas dengan tegaknya suatu negara. Karena itu agama dan politik adalah saudara kandung (tauamani min bathni ummi wahidin).

Juara Lomba MQK 2025

Setelah melewati babak semifinal dan final, terdapat 12 orang yang mendapatkan juara dan penghargaan. Mereka menyisihkan beberapa peserta yang mengikuti semifinal dan final. Setidaknya ada 30 peserta yang mengikuti dari berbagai provinsi di Indonesia.

Kategori Santri Putra

Juara 1: Khairul Mu’ammar – Ma’hadul Ulum Diniyah Islamiyah Bireun, Aceh
Juara 2: Achmad Solekhuddin – Ponpes Darul Falah Besongo, Kota Semarang
Juara 3: M. Imam Abdul Malik – Ponpes Zainul Hasan Genggong, Probolinggo

Harapan I: Muhammad Najeed Fayyad Rohmatillah – PP Al Falahiyah Mlangi Sleman, DI Yogyakarta
Harapan II: Alfian Aditia – PP Al Ihya’ Ulumuddin, Cilacap, Jawa Tengah
Harapan III: Achmad Samil Himam – Daar An Najah Buntet, Cirebon, Jawa Barat

Kategori Santri Putri

Juara 1: Ulin Nihaya – Ponpes Darul Falah Besongo, Kota Semarang
Juara 2: Sireen Nanaya M. – PPST Arrisalah Lirboyo, Kediri, Jawa Timur
Juara 3: Sayyidatina Fatimah – Ponpes Fadlun Minallah, Bantul, DI Yogyakarta

Harapan I: Nazala Flora Syafrotul Mu’awanah – Ponpes Salafiyah PPAI Darun Najah, Malang
Harapan II: Annisa Kurnia Ni’mah – Ponpes Al Mubaarok Manggisan, Wonosobo
Harapan III: Cut Rizkina Potallahbi – Darul Ihsan, Aceh Besar

(Muhammad Umar Fadloli)