Santri dan Cahaya Kehidupan: Pesan Haru Ning Lia atas Musibah Al Khoziny

by
Anggota DPD RI asal Jawa Timur, Lia Istifhama. (Foto: Dok)

BERITABUANA.CO, JAKARTA – Duka mendalam menyelimuti Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo. Pondok pesantren yang berdiri sejak tahun 1920-an ini menjadi saksi bisu musibah memilukan pada 29 September 2025.

Ratusan santri yang tengah khusyuk melaksanakan sholat Ashar tiba-tiba harus menghadapi cobaan berat, ketika material bangunan dari proses pengecoran runtuh dan menimpa mereka. Isak tangis dan doa panjang terdengar dari balik reruntuhan mushalla, tempat para santri yang sejatinya sedang mengabdi menuntut ilmu dan beribadah.

Anggota DPD RI asal Jawa Timur, Lia Istifhama atau yang akrab disapa Ning Lia, menyampaikan rasa duka mendalam atas tragedi ini.

Putri dari Ulama Besar KH Maskur Hasyim sempat mengutip sebuah hadis Nabi Muhammad SAW tentang mulianya kedudukan para pencari ilmu yang dilindungi malaikat.

“Para santri yang menjadi cahaya kehidupan kini tengah diuji. Mereka yang sedang beribadah dengan penuh ketulusan justru harus menerima cobaan berat berupa musibah ini,” kata Ning Lia dalam keterangan tertulisnya, Rabu (1/10/2025).

Bagi Ning Lia, peristiwa ini tidak sekadar tragedi, melainkan momentum pengingat bahwa santri adalah pelita bangsa yang harus dijaga.

Musibah yang menelan korban sekitar 98 santri mengalami luka-luka dan harus menjalani pemulihan, sementara puluhan lainnya sempat tertimbun reruntuhan lebih dari 24 jam. Tiga santri dinyatakan meninggal dunia: Maulana Alfan Abrahimafic, Mochammad Mashudulhaq, dan Muhammad Soleh. Mereka meninggal di tengah khusyuknya shalat Ashar.

Ning Lia menyebut, kepergian ketiganya adalah ujian berat bagi keluarga, namun juga membawa pengharapan bahwa anak-anak tersebut wafat dalam keadaan husnul khotimah.

“Mereka adalah cahaya kehidupan yang kini menjadi penjemput orang tuanya di pintu surga,” tutur Ning Lia.

Selain duka, Ning Lia juga menekankan pentingnya mengambil hikmah dari musibah ini. Ia mengingatkan pesan Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari dalam kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim tentang mulianya kedudukan santri sebagai penuntut ilmu.

“Santri adalah pelita umat, baik di dunia maupun akhirat. Beruntunglah mereka yang mencintai para penuntut ilmu, dan celakalah mereka yang membenci mereka,” katanya.

Dari tragedi Al Khoziny, lanjutnya, masyarakat diajak untuk memperkuat empati, perlindungan, dan kepedulian terhadap santri sebagai generasi penerus bangsa.

Di akhir pernyataannya, Ning Lia menegaskan bahwa musibah ini adalah duka bersama. Para santri, menurutnya, adalah wajah ketulusan yang tak hanya membawa ilmu, tetapi juga moralitas yang dibutuhkan bangsa.

“Maka doa terbaik kita haturkan untuk para korban yang wafat, semoga Allah menerima mereka dalam husnul khotimah. Dan bagi santri yang selamat, semoga tetap diberikan ketabahan dan kekuatan untuk menjadi generasi tangguh,” pungkasnya. (Jal)