BERITABUANA.CO, BOJONEGORO – Dalam Agenda Media Visit 2025, beberapa Media diberikan kesempatan SKK Migas Exxonmobil Cepu Limited (EMCL), mengunjungi Rumah Rajut Bumi Pertiwi yang dikelola Komunitas Perempuan Indonesia Merajut (PRIMA), yang ada di Desa Bonorejo, Kecamatan Gayam, Bojonegoro. Di tempat ini membuka mata Media bahwa begitu besar dan penuh pengorbanan EMCL menjadikan desa menjadi tempat penghasilan lebih mapan bagi warga, khususnya para kaum perempuan dengan program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM)-nya.
Yang terucap dalam hati adalah kata kagum. Bagaimana tidak? Di markas komando PRIMA terlihat berbagai bentuk tas dan lainnya hasil rajutan yang apik. Dan lebih dari 26 ribu panel rajutan yang telah dibuat dan terjual dalam dan luar negeri dengan nominal penghasilan mencapai Rp950 juta.
Angka nominal yang bisa dikataka ‘Wah’ tentunya, jika dilihat dari usaha kelompok atau komunitas perempuan-perempuan biasa yang bukan diterpa dari latar belakang akademi atau universitas.
Lalu, siapa dibalik keberhasilan itu, dia adalah sosok wanita tangguh bernama Siti Nurhayati dan tak kalah pentingnya adalah tim khusus dari EMCL, yang selalu melakukan pendamping terhadap pendampingan hingga mencapai keberhasilan itu.
Siti dengan rendah hati mengaku bahwa dia bukanlah orang pertama dalam keberhasilan tersebut, dia adalah pendatang yang meneruskan dari sebelumnya seorang ibu PKK setempat. “Saya pendatang. Bukan dari bagian PKK. Tapi sekarang saya ada dalam PKK,” jelasnya.
Dia menjelaskan, program pemberdayaan perempuan yang digagas EMCL dan SKK Migas sejak tahun 2018, terus menjukan perkembangan di Bojonegoro dan Tuhan. 500 kaum perempuan sudah diberdayakan, dan yang sudah mahir ada 100 orang dalam memproduksi berbagai barang rajutan.
Dalam 8 bulan trakhir ini yang memproduksi 3.950 produk rajutan dengan mendapat total pendapatan Rp 170 juta. Sebagian produk-produk sudah yang sudah ada hasil kerja sama dengan empat merek Fesyen dari Yogyakarta. Sebagian dijual dengan merek pribadi. Dan merek pribadi saat ini dalam proses pendaftaran hak cipta.
Kemudian di tahun 2021, PRIMA, melalui pendampingan yang terus-menerus dari SKK Migas EMCL mendapat apresiasi tertinggi yang diberikan atas kontribusi perusahaan mencapai SDGs, berupa penghargaan Platinum dari Indonesia Sustainable Goal Award (ISDA).
Pada intinya yang semua dilakukan dan sampai berhasil dengan berbagai macam barang rajutan dari harga ratusan ribu sampai jutaan ribu tidak terlepas dari EMCL, yang terus menerus melakukan pendamping. Baik itu untuk penyediaan tenaga pelatih, sampai mengikuti berbagai event. Mulai dari bazar-bazar sampai pameran berskala nasional.
Kades Bonorejo, Kecamatan Gayam, Bojonegoro, Ir. Rahmat Ahsan pun membenarkan. Zulfa Nurin dari Zulfa Rajut yang ditunjuk SKK Migas EMCL sebagai tenaga pelatih sekaligus mitra pembeli, juga sangat mengapresiasi kemampuan lebih perempuan Bojonegoro. Perusahaan Zulfa telah membeli sebanyak 200 gantungan kunci. Dan akan membeli lagi hasil rajutan lainnya jika dianggap respon pasar menunjukan tren positif.
“Desa juga mendukung penuh para perempuan perajut itu. Saya dan EMCL menyemangati agar lebih berinovasi untuk memenuhi permintaan pasar. Pemdes Bonorejo juga memfasilitasi para perajut dengan memberikan gerai toko untuk penjualan,” jelas Ahmad

Sekolah Lapangan
Nah, sampai sini, perusahaan energi dan petrokimia global terintegrasi yang berasal dari penggabungan Exxon dan Mobil, yang berakar dari Standard Oil, Amerika Serikat (AS), cukup puas? Jawabannya, pasti tentu tidak.
Perusahaan yang telah beroperasi lebih dari 125 tahun, berfokus pada eksplorasi dan produksi minyak dan gas sebagai KKKS, serta pemasaran bahan bakar ini, melalui EMCL, terus berbuat mengikuti kewajibannya sesuai garis yang ditentukan SKK Migas.
Mereka, melalui tim khusus pendamping melaksanakan program PPM berbuat untuk masyarakat Indonesia. Kali ini yang menjadi bagian pembinaannya adalah petani di Desa Brabowan, Kecamatan Gayam, Bojonegoro. Yang di sasar di sini adalah pendampingan pemilik lahan, dengan menghadirkan para instruktur terbaik untuk memberi pengetahuan bertani para pemilik lahan.
Pokok utama dalam pelatihan itu menerapkan pertanian ekologis ramah lingkungan, menekan biaya produksi, memperbaiki kualitas tanah, dan menghadapi para tengkulak yang mengambil untuk besar dari jerih payah kerja para pemilik lahan.
Tangkis, salah seorang pemilik lahan seluas 200 meter mengaku manfaat dari pelatihan-pelatihan yang diberikan para pelatih pertanian terdidik yang diberikan oleh EMCL. Berkat pelatihan-pelatihan itu tanaman buah dan sayur-sayurannya tubuh higienis dan dapat bertahan lama karena mengurangi pupuk dari bahan kimia, yang biasanya digunakan oleh para petani.
Tanam-tanamannya yang terdiri, Toga Laos, Jahe Emprit Gajah, Sereh Merah Putih, Buah Melon, Tomat, Terong, Lomban, Pare, Labu, Sawi, Kangkung, kembang kol, dan lainnya sangat subur tidak menggunakan pupuk berbahan kimia.
“Pupuk yang kita pakai ini ciptaan sendiri dari hasil pelatihan. Percampuran pupuk kompos dan cairan buatan sendiri, dan mengandalkan predator alami untuk pengendalian hama. Menggunakan pupuk berbahan kimia gampang basi,” jelas Tangkis.
Metode seperti ini jelas Tangkis, tidak hanya menghemat biaya, tapi juga meningkatkan keuntungan dari hasil panen. “Semua petani di sini sudah merasakan keuntungan,” akunya.
Dono Faturohman, dari Yayasan Daun Bendera (FIELD Indonesia), yang memfasilitasi Sekolah Lapangan Pertanian (SLP), dan mendatangkan paranpelatih pertanian berkualitas oleh yang digagas oleh EMCL, mengaku terus-menetus memotivasi para petani pemilik lahan agar bekerja keras dan berkelompok saling mendukung, dan berbagi pengetahuan.
Saat ini, jelas Dono, sudah ada 600 petani dari 8 desa dari Kecamatan Gayam dan Kalitidu bergabung untuk selalu hadir dalam kegiatan sekolah pertanian
Dan EMCL juga sudah menetapkan bahwa fokus mereka pada kebutuhan petani disekitar wilayah operasi Lapangan Banyuurip dan Kedung Keris dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan petani.
Hasilnya, kata Dono, sesuai harapan. Yang saat ini sedang dalam proses pemikiran adalah menjalankan koperasi untuk menangkal para tengkulak yang tidak menguntungkan para petani.
“Meski belum berhasil penuh, tapi sudah dirasakan oleh petani pemilik lahan kegunaan koperasi. Koperasi ini akan terus ditingkatkan untuk menjual hasil panen secara keseluruhan,” kata Dono.
Dan petani juga sudah mampu menciptakan beras yang tahan lama, tidak mudah busuk dan sudah banyak diperjualbelikan. Baik melalui koperasi, atau pasar-pasar yang diciptakan petani dan bermitra dengan koperasi.
Pemerintah Kabupaten Bojonegoro sudah resmi mendung perubahan semua itu. Sedang dari Dinas Pertanian dan Peternakan, telah memberikan perspektif baru dalam dunia pertanian lokal dan membentuk ekosistem dunia pertanian yang lebih sehat.

Gerakan Gayatri
Sedang hal lainnya yang juga menjadi perhatian EMCL di Desa Bonorejo, Bojonegoro, program PPM Gerakan Ayam Petelur Mandiri (Gayatri). EMCL menggulirkan bantuan ternak ayam petelur kepada 400 keluarga pra sejahtera produktif di 16 desa yang tersebar di 3 kecamatan. Pemilihan desa ini didapat EMCL dari data Pemda setempat.
Sebanyak 21.600 ayam petelur akan dibagikan secara bertahap, dengan setiap satu keluarga akan dibagikan 54 ekor ayam, kandang, pakan dan pendampingan teknis selama 5 bulan dari lima lembaga Mitra.
Kades Bonorejo, Rahmat mengatakan apa yang sudah dilakukan EMCL sangat membantu. Mereka sudah merasakan manfaatnya menambah penghasilan. Setiap minggu mereka dapat memanen telur sampai 52 butir. Mereka jual melalui BUMDes.
Hitungannya, jika bertelur seminggu mencapai 52, kata Rahmat, sudah untung. Karena sudah termasuk beli pakan. Jika hanya 27 butir, itu sudah tidak dapat dipertahankan.
“Makanya, saya sudah bersiapkan untuk beli pakan dari uang desa. Karena setelah 5 bulan mereka harus mandiri,” katanya.
Salah seorang yang mendapat jatah dari EMCL, Ibu Sartini mengaku bahagia mendapat bantuan dari EMCL dan pendampingan. Karena pendampingan sudah mengajar tebak yang baik. Dari mulai macam kandang, vitamin dan menghadapi cuaca.
Telur-telur yang sudah didapat dari ternak ayamnya, aku Ibu Sartini, dijualnya ke BUMDes dan ada juga yang langsung ke pasar. “Saya berterima kasih kepada EMCL,” katanya. (Kds)





