BERITABUANA.CO, JAKARTA – Anggota Komisi I DPR RI Okta Kumala Dewi menyambut baik langkah Kementerian Pertahanan (Kemhan) RI yang menggandeng TNI memproduksi obat murah. Kebijakan ini dinilai sebagai bentuk nyata kepedulian negara, terutama melalui institusi militer, terhadap keamanan masyarakat.
“Kita terbiasa melihat TNI di garis depan pertahanan. Tapi kini, mereka juga hadir di garis depan kemanusiaan, membantu rakyat melalui produksi obat murah yang berkualitas. Ini patut diapresiasi,” kata Okta dalam keterangannya, Jakarta, Kamis, (24/7/2025).
Produksi obat oleh laboratorium farmasi gabungan TNI AD, AL, dan AU yang kini tergabung dalam Farmasi Pertahanan Negara, dinilai Okta sebagai langkah cerdas dan strategis. Apalagi, produk yang dihasilkan sudah melalui pengawasan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), memastikan obat-obatan tersebut aman, layak edar, dan sesuai standar.
“Harga obat yang tinggi telah lama menjadi keluhan masyarakat. Kehadiran obat berkualitas dengan harga yang jauh lebih murah bisa menjadi solusi konkret di tengah keterbatasan ekonomi dan akses kesehatan di daerah” kata dia.
Legislator dari Fraksi PAN itu juga menyoroti pentingnya kebijakan ini dalam konteks yang lebih luas, yaitu bagian dari ketahanan nasional. Menurutnya, kemandirian di sektor farmasi tidak kalah penting dibanding ketahanan energi atau pangan.
“Ketergantungan terhadap obat impor itu berisiko. Dengan memproduksi sendiri, kita bisa memastikan pasokan tetap tersedia saat krisis global. Ini bukan hanya soal efisiensi, tapi bagian dari sistem pertahanan yang terintegrasi. Hari ini kita harus mengantisipasi segala bentuk potensi ancaman, salah satunya juga di bidang kesehatan,” katanya.
Namun, Okta memberi catatan penting perihal distribusi. Dia berharap distribusi obat ini dilakukan secara merata hingga ke pelosok negeri, tidak hanya di kota-kota besar. Keberadaan Koperasi Merah Putih di desa-desa diharapkan menjadi ujung tombak pemerataan akses.
“Obat murah ini harus benar-benar bisa diakses masyarakat desa dan wilayah 3T (tertinggal, terdepan, terluar). Ini akan jadi tolok ukur keberhasilan program,” tegasnya.
Dia juga mendorong agar inisiatif itu tidak berhenti di tahun ini saja, melainkan menjadi program berkelanjutan yang diperkuat melalui kolaborasi dengan lembaga riset, universitas, dan BUMN farmasi nasional.
Lebih dari sekadar kebijakan teknis, Okta melihat inisiatif ini sebagai bukti bahwa Kemhan dan TNI mampu tampil sebagai representasi negara yang peduli dan responsif terhadap kebutuhan rakyat.
“TNI menunjukkan bahwa kekuatan mereka tidak hanya dalam menjaga kedaulatan, tetapi juga dalam merawat kehidupan. Obat murah ini adalah bentuk lain dari bela negara, melindungi rakyat dari ancaman kesehatan,” katanya. (Jim)