Perang Dunia III Masih Jauh, Mahfuz Sidik: Serangan AS ke Iran Alihkan Isu Genosida di Gaza

by
Sekjen DPN Partai Gelora Indonesia, Mahfuz Sidik. (Foto: GMC)

BERITABUANA.CO, JAKARTA — Mantan Ketua Komisi I DPR RI periode 2010–2017, Mahfuz Sidik, menilai eskalasi ketegangan militer antara Amerika Serikat dan Iran pascaserangan terhadap tiga instalasi nuklir di Fordow, Natanz, dan Isfahan, belum mengarah pada pecahnya Perang Dunia III. Ia menegaskan bahwa langkah tersebut justru merupakan bagian dari upaya Israel dan Amerika Serikat untuk mengalihkan perhatian dunia dari krisis kemanusiaan di Gaza, Palestina.

“Menurut saya, Perang Dunia III masih jauh. Tapi kalau kita bicara tragedi kemanusiaan paling kelam abad ini, yaitu genosida di Gaza oleh rezim Zionis Israel yang didukung Amerika, itu masih akan terus berlanjut,” ujar Mahfuz dalam keterangan tertulisny, Rabu (25/6/2025).

Mahfuz menyebut serangan terhadap instalasi nuklir Iran adalah bentuk keberhasilan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dalam menyeret Amerika masuk ke dalam konflik langsung dengan Iran. Menurutnya, serangan ini turut mendongkrak elektabilitas Netanyahu di dalam negeri.

“Setelah AS menyerang Iran, kepercayaan publik Israel terhadap Netanyahu naik. Ini membuatnya makin percaya diri untuk melanjutkan kekuasaannya dan memperluas ambisinya,” katanya.

Ia menilai, tindakan AS tersebut bukan semata soal senjata nuklir, melainkan strategi untuk melicinkan jalan menuju terbentuknya negara Israel Raya.

“Iran satu-satunya poros perlawanan yang belum dihancurkan. Suriah sudah dikacaukan, Hizbullah dilemahkan, dan Houthi bukan ancaman besar,” ujar Sekretaris Jenderal Partai Gelora itu.

Mahfuz memperingatkan bahwa dunia tengah digiring untuk terjebak dalam narasi konflik Iran-Israel, sembari melupakan inti persoalan: krisis kemanusiaan dan kolonialisme modern terhadap rakyat Palestina.

“Kalau hari ini kita ramai bahas kemungkinan Perang Dunia III, itu hanyalah pengalihan isu dari genosida di Gaza. Ini skenario sadar untuk membelokkan empati publik internasional,” jelasnya.

Menurutnya, selama masih ada simpati global terhadap penderitaan rakyat Palestina, cita-cita pembentukan Israel Raya akan sulit terwujud. Bahkan, gerakan pro-Palestina kini meluas lintas agama dan negara.

“Kalau ini soal agama, bagaimana kita menjelaskan banyaknya Yahudi Ortodoks yang berdemo di Amerika dan Eropa menentang Netanyahu? Ini bukan soal agama, tapi isu kemanusiaan dan politik,” tegasnya.

Mahfuz pun menyimpulkan bahwa Netanyahu akan terus melanjutkan operasi militer, tak hanya di Gaza tapi juga ke Tepi Barat, untuk menguasai seluruh wilayah Palestina. Ia menilai keterlibatan Amerika dalam konflik ini adalah bagian dari strategi besar untuk melemahkan Iran sebagai batu sandungan terakhir.

“Target mereka jelas, mengosongkan Palestina dari rakyatnya. Dan untuk itu, Iran harus dilumpuhkan. Menyeret Amerika ke perang adalah keberhasilan Netanyahu,” pungkas Mahfuz. (Ery)