Menteri Wihaji Apresiasi Langkah Kolaborasi Pengentasan Stunting di NTT

by
Kedatangan Menteri Wihaji diterima dengan tarian adat Rote. (ist)

BERITABUANA.CO, BA’A – Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Mendukbangga)/Kepala BKKBN RI, Wihaji apresiasi langkah-langkah kolaborasi pengentasan stunting di NTT, yang terus berjalan.

Hal ini disampaikan Wihaji saat Puncak Pelayanan Keluarga Berencana (KB) Serentak di Lapangan Bola Kaki Christian Dillak, Ba’a – Kabupaten Rote Ndao, Senin (23/6/2025).

“Stunting ini musti kita keroyok. Salah satu penyebab stunting adalah ekonomi, Alhamdulilah Bupati telah menyampaikan adanya investasi garam, juga Baznas dan Bank Mandiri yang tadi telah memberikan bantuannya,” ujar Wihaji.

Wihaji berharap, pemerintah juga harus berkerja secara pentahelix, jika ingin NTT menjadi provinsi percontohan, juga akan mendukung ketersediaan air bersih bersama mitra terkait.

“Data bulan Mei 2025, terdapat 1.843 balita stunting di Rote Ndao, setara dengan 16,6 persen. Sementara itu, data SSGI 2024 menunjukkan angka 32,4 persen. Angka ini masih di atas rata-rata nasional yang tercatat 19,8 persen,” kata dia.

Sebelumnya Menteri Wihaji menyatakan, kunjungannya ke Rote Ndao merupakan balasan atas kunjungan Gubernur NTT dan kepala daerah se-NTT ke Jakarta pada Maret 2025 lalu.

“Kita ingin menjadikan NTT sebagai provinsi percontohan percepatan penurunan stunting dan penghapusan kemiskinan ekstrem di Indonesia,” tandasnya.

Bupati Rote Ndao, Paulus Henuk dalam laporannya, menyebutkan bahwa dari 19.890 keluarga yang telah diverifikasi pada 2024, sebanyak 8.110 keluarga (40,77 persen) dikategorikan sebagai Keluarga Risiko Stunting (KRS).

“Sebagai bagian dari peringatan Harganas ke-32, dilakukan pelayanan KB serentak di seluruh Puskesmas se-Kabupaten Rote Ndao, yang menyasar 200 akseptor,” tambah Paulus Henuk.

Khusus di Puskesmas Ba’a, tambah dia, sebanyak 40 akseptor KB metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) dilayani, terdiri dari 41 implan dan 9 IUD. Pelayanan ini berlangsung selama dua pekan, mulai 16 hingga 30 Juni 2025,” urainya.

‘Saat ini Kabupaten Rote Ndao memiliki 26 Tenaga Penyuluh KB/PLKB, yang bertugas di 11 kecamatan dengan 119 desa/kelurahan,” tegasnya.

Diakui Paulus, idealnya, setiap desa memiliki satu petugas, sehingga saat ini masih mengalami kekurangan tenaga, sehingga mengharapkan adanya penambahan Tenaga Penyuluh KB/PLKB di Kabupaten Rote Ndao.

Sementara itu, Wakil Gubernur NTT Johni Asadoma dalam sambutannya menegaskan bahwa prevalensi stunting di NTT masih tergolong tinggi, yakni 37 persen berdasarkan data SSGI 2024. Meski mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yakni 37,9% persen, namun Ia menyebutkan angka ini masih jauh dari rata-rata nasional.

“Kita butuh kampanye masif dan aksi nyata, untuk membangun anak-anak NTT yang sehat, kuat, dan cerdas,” ujar Jhoni Asadoma.

Jhoni Asadoma mengakui, masih banyak keluarga yang mengutamakan konsumsi sirih pinang, rokok, dan miras dibandingkan makanan bergizi. Ini harus kita ubah bersama.

Sebagai bentuk penghormatan, pada kesempatan tersebut Bupati Rote Ndao menganugerahkan gelar adat “Mane Mana Lopolinu Ume’lo”, yang bermakna Pangeran Pelindung Rumah Tangga, kepada Menteri Wihaji.

Kegiatan diakhiri dengan Pelepasan Kirab Bangga Kencana dan Kick Off Kolaborasi Multipihak, dalam penanggulangan stunting dan kemiskinan ekstrem.

Berbagai bantuan turut diserahkan sebagai bagian dari upaya penurunan stunting, antara lain, bantuan nutrisi untuk keluarga risiko stunting Program GENTING dari BAZNAS, Jamban Sehat Program GENTING dari IPeKB Rote Ndao, akses air bersih dari Bank Mandiri, pengadaan Air Bersih dari BAZNAS, program Sehat Bertumbuh dari BAZNAS, dan dukungan program GENTING (Gerakan Penurunan Stunting Terintegrasi) dari Bank Mandiri. (*/iir)