BERITABUANA.CO, JAKARTA – Data Kemenkes RI menyebutkan, hingga 23 Mei 2015, ada 53 orang jamaah haji yang meninggal dunia di Tanah Suci. Adanya hitungan secara komulatif melalui Sistem komputerisasi Haji Terpadu Bidang Kesehatan (Siskohatkes), tersebut adanya penambahan jamaah meninggal dunia dari tahun sebelumnya.
Adapun 19 orang di antaranya meninggal dunia akibat serangan jantung dikarenakan penyakit iskemik akut dan shock cardiogenic.
Insiden kematian akibat penyakit jantung tersebut menjadi sorotan utama mengingat kondisi fisik jemaah haji yang rentan terhadap perubahan cuaca ekstrem dan aktivitas fisik yang padat selama di Tanah Suci.
“Kami sangat prihatin dengan angka kematian yang terjadi. Belasan jemaah telah berpulang, dan sebagian besar disebabkan oleh penyakit jantung,” ujar dr Sulis biasa disapanya, dikutip dari laman Kemenkes RI, Minggu (25/5/2025).
Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes, Liliek Marhaendro Susilo juga menekankan puncak ibadah haji nanti saat di Arafah, Muzdalifah, Mina (Armuzna) membutuhkan persiapan serta manajemen diri yang baik.
Menurutnya ibadah sunah memang memiliki pahala yang besar, namun kesehatan dan keselamatan jiwa jauh lebih utama, terutamanya pada saat pelaksanaan haji di Armuzna.
“Para jemaah, terutama yang Lansia atau memiliki penyakit penyerta seperti jantung, hipertensi, dan diabetes, untuk mengurangi ibadah sunah yang membutuhkan pengerahan tenaga ekstra. Contohnya, mengurangi frekuensi umroh, tawaf sunah berulang kali, menghindari jalan kaki jarak jauh ke Masjidil Haram ataupun Masjid Nabawi, serta wisata ziarah. Jemaah harus memastikan waktu istirahat yang cukup,” tegas Liliek.
“Kami menganjurkan jemaah untuk tidak memaksakan diri. Hindari beribadah di siang hari yang terik. Gunakan selalu APD seperti masker, payung, kacamata hitam, alas kaki, ketika akan dan saat melakukan ibadah. Minum air putih atau air zam-zam sedikit demi sedikit hingga 2 liter per hari. Jangan lupa juga minum oralit sehari sekali agar tidak dehidrasi,” imbau Liliek.
Lebih lanjut, Ia pun mengingatkan agar para jemaah yang sakit dan yang sudah minum obat untuk diminum secara teratur. Hindari stres dengan selalu berpikiran positif dan berzikir. Periksa kesehatan 3x seminggu ke petugas kesehatan untuk memastikan faktor risiko penyakit terkendali.
“Dan, yang paling penting adalah dampingi jemaah dengan komorbid dan Lansia yang memiliki riwayat jantung bekerja sama dengan ketua regu dan jemaah yang sehat,” ucap Liliek. (Kds)