Dialog Rusia – Ukraina: Putin Permainkan Zelenskyy

by
Volodymyr Zelenskyy

VLADIMIR PUTIN permainkan Zelenskyy! Hanya mengutus ajudan dan orang kepercayaannya Vladimir Medinsky ke Istanbul, Rusia-Ukraina mentok!

Tak ada Putin, tak ada Menlu Sergei Lavrov, tak ada negosiator utama Yuri Ushakov. Harapan Volodymyr Zelenskyy dan Uni Eropa, pudar sudah! Momentum hilang!

Padahal momentum itu, sangat mungkin tercipta dengan keberadaan Presiden AS Donald  Trump yang tak jauh dari Istanbul.  Trump tengah mengadakan lawatan ke Timur Tengah: Arab Saudi, Qatar, dan UEA. Trump pasti senang bergabung ke Istanbul.

Dalam “bahasa terang” Trump menyebutkan, dia akan bergabung ke Istanbul. Seandainya Vladimir Putin datang meringankan kakinya.

Zelenskyy yang tidak lagi yakin mampu mengembalikan wilayah Pelabuhan Laut Hitam (Semenanjung Krimea) dari Rusia. Sangat berharap kehadiran Putin di Istanbul. Zelenskyy juga telah setuju, satu perundingan tanpa syarat.

Ketidakhadiran Putin  membuntukan harapan! Meski Rusia tetap mengirimkan delegasi “kelas duanya”: Vladimir Medinsky (Ketua), Alexander Fomin (wakil Menhan), Igor Kostyukov (Direktur Intelejen), Mikhail Galuzin (Wakil Menlu), Zelenskyy dan Uni Eropa tidak puas!

Tantangan terhadap Putin, memang tidak ringan. Sekalipun, dengan produksi “crude oil” (minyak mentah) 10 juta barel per day, Rusia digerogoti satu ‘fragment’ baru. Inklusifitas sanksi, atas “pressure” AS dan Uni Eropa, tentu mengusik Rusia.

Negara-negara yang mengimpor minyak mentah (crude oil), gas, dan uranium  Rusia, akan dikenai sanksi “Tarif Dagang” sebesar 500 persen. Trump yang mengatakan, dan di “gong”kan oleh Senator AS, Lindsay Graham.

Melibatkan pihak ke-3 untuk menekan Rusia, sangat mengusik! Bila Timnas sepak bola Rusia dikucilkan, Rusia bergeming. Bila AS dan Uni Eropa memberi sanksi tidak membeli atau mengijinkan “oil & gas” Rusia, itu juga “bergeming” (cuek).

Namun, bila inklusifitas itu berlaku untuk semua negara, dengan “imbalan” tarif impor hingga 500 persen, ini sudah sangat “lateral damage”. Mengganggu pada pihak-pihak yang tidak terlibat langsung dalam konflik Rusia-Ukraina.

Membaca pikiran Putin terhadap Zelenskyy, Putin saat ini telah menang. Bagi Putin, negosiasi harus menghasilkan konsep “menang-kalah”, bukan “menang-menang”, bukan pula “win-win” (solution).

Roger Fisher dan William Ury (Profesor Hukum Harvard), dalam buku “7 Habits of Highly Effective People” (Stephen R. Covey) mengingatkan. Telah terjadi pendekatan “berprinsip” versus pendekatan “posisional” bagi orang-orang yang kukuh dengan pendiriannya.

Sebagai analis, saya yakin, Vladimir Putin tidak akan takut dengan ancaman “Tarif Dagang”. Itulah prinsip “posisional”nya.

Sementara Volodymyr Zelenskyy yang sempat “ribut” dengan Trump atas pendekatan “prinsip”nya untuk kembalikan Krimea dan lainnya sebelum berunding. Terbaca oleh Vladimir Putin, mulai mau menurunkan posisi tawarnya.

Sekalipun Uni Eropa telah setuju atas paket sanksi baru terhadap Rusia. Sebagai “additional”, dari 20.000 tindakan pembatasan yang telah dikenakan. Rusia, sampai hari ini bergeming.

Ketidakhadiran Presiden Rusia Vladimir Putin, dalam perundingan yang dimediasi oleh Turki malam ini di Istanbul.  Menjadi satu sinyal, Rusia tak ingin ditakut-takuti oleh AS, Uni Eropa. Apalagi hanya oleh Zelenskyy.

Peristiwa “bersayap”, pertemuan delegasi Rusia dan Ukraina yang berbarengan pertemuan informal Menlu NATO di Istanbul. Menunjukkan dukungan penuh Uni Eropa-AS terhadap Ukraina.

Terlebih Donald Trump, menyebut. “Saya akan hadir, bila diperlukan”. Nah!!

*Sabpri Piliang* – (Wartawan Senior/Anggota Dewan Redaksi www.beritabuana.co