BERITABUANA.CO, KUPANG – Data menunjukan bahwa 44,95 persen penduduk yang bekerja di Provinsi NTT, pada Februari 2025 masih berpendidikan Sekolah Dasar (SD) ke bawah.
“Ini artinya, tamat SD atau tidak tamat SD, bahkan tidak bersekolah,” tegas Kepala BPS Provinsi NTT, Matamira Bangngu Kale saat jumpa pers virtual.
Sementara itu, kata Matamira Kale, hanya 12,31 persen pekerja yang memiliki pendidikan Diploma IV ke Atas.
“Kondisi ini menjadi pengingat, bahwa peningkatan akses dan kualitas pendidikan akan berkontribusi langsung, terhadap kualitas tenaga kerja produktivitas, serta kemampuan daya saing tenaga kerja di NTT dengan di luar NTT,” jelas dia.
Dikatakan Matamira Kale, jumlah penduduk usia kerja yang berusia 15 tahun keatas, meningkat 1,68 persen, atau mencapai 4,06 juta orang.
“Dari Jumlah tersebut, sebanyak 3,08 juta orang tergolong dalam kategori angkatan kerja, dan Sisanya adalah bukan angkatan kerja,” ujar Matamira Kale.
Menurut dia, yang dimaksud angkatan kerja disini, adalah penduduk usia kerja yang bekerja atau yang sedang mencari pekerjaan, Dari angkatan kerja kita bisa lihat bahwa 2,98 juta orang tercatat sebagai pekerja, sementara 99,27 ribu orang tergolong pengangguran terbuka
“Penduduk bekerja terbagi atas penduduk yang bekerja secara penuh, dan juga pekerja yang tidak penuh. Pekerja yang tidak penuh terbagi lagi, menjadi pekerja paruh waktu dan setengah pengangguran,” urai Matamira Kale.
Diakui Matamira Kale, dari 22,98 juta penduduk yang bekerja, sekitar 1,49 juta orang adalah pekerja penuh, yakni mereka yang bekerja minimal 35 jam per minggu, kemudian 1,11 juta orang merupakan pekerja paruh waktu, yakni mereka yang bekerja kurang dari 35 jam per minggu.
“Sedangkan sisanya 0,38 juta orang adalah pekerja paruh waktu tergolong sebagai setengah pengangguran, yaitu mereka yang bekerja kurang dari 35 jam per minggu, dan masih mencari atau menerima pekerjaan tambahan,” tambahnya.
Prosentase pekerja paruh waktu, kata Matamira Kale, mengalami penurunan 0,89 persen point, sementara Itu tingkat setengah pengangguran meningkat 0,91 persen poin, dibanding kondisi Februari 2024.
“Dari 4,06 juta penduduk usia kerja, sebanyak 981,58 ribu orang tergolong bukan angkatan kerja, yaitu mereka yang bersekolah, yang mengurus rumah tangga atau aktivitas lainnya,” papar Matamira Kale.
Pada kesempatan tersebut, Matamira Kale juga menjelaskan terkait Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), yang merupakan indikator penting untuk mengukur seberapa besar penduduk usia kerja, aktif dalam kegiatan ekonomi
“Dibanding dengan kondisi Februari 2024, pada Februari 2025 terjadi penurunan tingkat partisipasi angkatan kerja, baik untuk laki-laki maupun perempuan,” imbuh Matamira Kale.
Pada Februari 2025, lanjut dia, terdapat penurunan TPAK sebesar 0,96 persen poin.
“Dari data yang disajikan, dapat kita cermati bahwa TPAK laki-laki selalu lebih tinggi dari tpak perempuan. laki-laki sebesar 81,42 persen, sedangkan perempuan sebesar 70,27 persen,” pungkasnya. (iir)