Kejujuran Adalah Fondasi Utama, Berani Jujur ? Anda Hebat

by
Hasyim Husein (Opa Achiem). (Istimewa)

 

Oleh : Opa Achiem (Wartawan Senior)

“Saya minta kita jujur, kita terus terang. Jangan ada dusta di antara kita. Kalau ada yang salah, kita akui. Jangan ditutup-tutupi. Bangsa yang besar adalah bangsa yang berani mengakui kesalahan, dan memperbaikinya.”
(Presiden Prabowo Subianto)

Dalam salah satu pidato kenegaraannya, Presiden Prabowo Subianto mengajak seluruh elemen bangsa untuk mempraktikkan nilai yang sederhana namun mendasar yakni kejujuran.

Pernyataannya, _”jangan ada dusta di antara kita,”_ bukan sekadar seruan moral, melainkan panggilan strategis untuk membangun bangsa yang benar-benar kuat dari dalam.

Publik bertanya tanya, apakah seruan ini juga ditujukan kepada mantan Presiden Joko Widodo yang belakangan ini banyak disorot tentang keabsahan ijazah yang dikantonginya, setelah diuji dari berbagai Acara ? _Wallahu A’lam Bissawab._

Namun secara eksplisit imbauan itu harus dijadikan sebagai dongkrak untuk mengangkat sebuah kejujuran, bukan bersandar pada narasi yang membuat masyarakat kian bertanya-tanya.

Sejarah membuktikan bahwa banyak bangsa besar runtuh bukan karena serangan musuh dari luar, melainkan karena kebohongan yang membusuk dari dalam. Kebohongan sekecil apa pun melahirkan ketidakpercayaan.

Ketidakpercayaan itu merambat menjadi ketidakstabilan sosial, lalu menjelma menjadi kegagalan kolektif.

Dengan menegaskan pentingnya kejujuran, Presiden Prabowo seolah ingin menyapu bersih budaya “asal bapak senang” dan “tutup rapat kesalahan” yang kerap menghambat reformasi di banyak bidang, baik birokrasi, ekonomi, maupun politik.

Keberanian untuk mengakui kesalahan bukanlah tanda kelemahan, melainkan kekuatan sejati sebuah bangsa.
Mengakui kesalahan artinya memberi ruang bagi perbaikan, pembelajaran, dan inovasi berkelanjutan.

Lebih dari itu, kejujuran adalah prasyarat utama untuk membangun kepercayaan rakyat kepada pemerintah. Tanpa kepercayaan, segala program pembangunan sehebat apa pun akan menjadi sia-sia.

Jika kita simak secara mendalam, maka pidato ini menjadi sangat penting untuk terus digaungkan, bukan hanya sebagai retorika, tapi sebagai prinsip kerja nyata dari tingkat pemimpin nasional hingga pejabat desa, dari lembaga pemerintahan hingga organisasi masyarakat.

Di era di mana informasi begitu mudah tersebar, rakyat semakin cerdas. Mereka tidak lagi bisa dibuai janji kosong. Oleh sebab itu, kejujuran bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan dasar dalam membangun hubungan antara negara dan warganya.

Ke depan, apakah bangsa ini akan benar-benar tumbuh menjadi besar dan disegani, sangat bergantung pada sejauh mana kita seluruh anak bangsa mampu menjadikan kejujuran sebagai darah dalam nadi kehidupan berbangsa dan bernegara.

Pesan moral Presiden Prabowo ini harus menjadi alarm bagi kita semua, bahwa tidak ada bangsa besar yang dibangun di atas fondasi dusta. ***