BERITABUANA.CO, MYANMAR – Myanmar memasuki masa krisis terkait gempa dahsyat berkekuatan magnitudo 7,7, yang sudah menewaskan 2.700 orang lebih. Pasalnya, pasokan makanan dan air bersih serta lainnya terhambat. Termasuk peluang menemukan korban lainnya.
Kelompok bantuan kemanusiaan di Myanmar, termasuk dari PBB, menekankan kebutuhan mendesak akan makanan, air, dan tempat berlindung serta mengingatkan peluang untuk menemukan korban selamat akan segera tertutup.
Julia Rees dari badan anak-anak PBB Unicef, yang baru saja kembali dari salah satu daerah yang paling parah terkena dampak di dekat episentrum di Myanmar tengah, mengatakan seluruh masyarakat terkena dampak kehancuran serta ada trauma psikologis sangat besar.
“Namun, krisis ini masih berlangsung. Getaran masih terus terjadi. Operasi pencarian dan penyelamatan masih berlangsung. Mayat-mayat masih dievakuasi dari reruntuhan,” katanya dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip dari Reuters.
“Saya tegaskan, kebutuhannya sangat besar, dan terus meningkat setiap jam. Waktu untuk tanggap darurat penyelamatan jiwa semakin menipis,” tandas Julia.
Penguasa militer Myanmar Min Aung Hlaing dalam pidato yang disiarkan televisi mengatakan jumlah korban tewas akibat gempa berkekuatan 7,7 skala Richter pada tanggal 28 Maret diperkirakan akan melampaui 3.000.
Pada 1 April, jumlah korban tewas yang terkonfirmasi mencapai 2.719 dengan 4.521 orang terluka, dan 441 orang hilang.
Gempa bumi, yang terjadi sekitar jam makan siang pada tanggal 28 Maret, adalah yang terkuat yang melanda negara Asia Tenggara tersebut dalam lebih dari satu abad.
Gempa merobohkan pagoda kuno dan bangunan modern, serta menghantam kota kedua Myanmar, Mandalay, serta Naypyitaw, ibu kota yang dibangun khusus oleh junta sebelumnya untuk menjadi benteng yang tidak dapat ditembus.Badan-badan PBB mengatakan rumah sakit kewalahan dan upaya penyelamatan terhambat oleh kerusakan infrastruktur dan perang saudara di negara itu.Pemberontak menuduh militer melakukan serangan udara bahkan setelah gempa, dan pada tanggal 1 April aliansi pemberontak mengumumkan gencatan senjata sepihak untuk membantu upaya bantuan.Kelompok-kelompok bantuan menyuarakan peringatan atas kurangnya makanan, air, dan sanitasi. (Kds)