Tanggapi Debt Collector Dibunuh Nasabahnya, Pakar Keuangan: Evaluasi

by
Asep Dahlan, Konsultan Keuangan juga pendiri DahlanConsultant. (Foto: Istimewa)

BERITABUANA.CO, JAKARTA – Baru-baru ini, terjadi beberapa insiden tragis di mana penagih utang atau debt collector dibunuh oleh nasabah saat melakukan penagihan. Menanggapi rentetan kejadian ini, konsultan keuangan Asep Dahlan menilai bahwa insiden-insiden ini mencerminkan perlunya evaluasi menyeluruh terhadap metode penagihan utang di Indonesia.

“Sebaiknya, perusahaan penyedia jasa keuangan dan penagihan utang menerapkan pelatihan yang lebih humanis bagi para penagih,” saran pria yang akrab disapa Kang Dahlan itu, saat dihubungi wartawan, Sabtu (22/2/2015)

Disamping itu, lanjut pendiri Dahlan Consultant tersebut, kedua belah pihak harus memastikan komunikasi yang lebih baik antara kreditur dan debitur untuk menghindari konflik yang berujung pada kekerasan.

Oleh karena itu, harus dilakukan pengawasan lebih ketat terhadap praktik penagihan utang dan menekankan pentingnya perlindungan bagi kedua belah pihak, baik penagih maupun nasabah.

“Apalagi, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga telah menyatakan komitmennya untuk memberikan sanksi tegas terhadap praktik penagihan yang melanggar aturan, guna mencegah insiden serupa di masa mendatang. Jadi tunggu saja tindaklanjut OJK itu,” demikian Asep Dahlan.

Sekedar diketahui, pada awal February 2025, seorang pegawai bank keliling bernama Sri Pujiyanti ditemukan tewas di dalam lemari rumah nasabahnya di Bekasi. Korban diduga dibunuh oleh pelaku berinisial S saat menagih utang.

Belum lagi, kasus di Palembang,, pada Juni 2024, Anton Eka Saputra, seorang pegawai koperasi, ditemukan tewas terkubur di sebuah distro pakaian di Palembang. Korban dibunuh oleh nasabah yang tidak mampu membayar utangnya.

Kemudian, insiden di Kalimantan Barat (Kalbar), pada Juni 2024, seorang debt collector bernama RR dibunuh oleh nasabahnya, ST, di Sambas. Pembunuhan ini dipicu oleh ucapan korban yang dianggap merendahkan istri pelaku. (Ery)