BERITABUANA.CO, KUPANG – Garis Kemiskinan per kapita pada bulan September tahun 2024, tercatat sebesar Rp533.944, bersumber dari komoditas makanan dan bukan makanan.
“Garis kemiskinan ini meningkat 1,26 persen, jika dibandingkan dengan garis kemiskinan pada maret 2024,” ujar Kepala BPS NTT, Matamira B. Kale saat jumpa pers virtual, Rabu (15/1/2024).
.
Menurut Matamira Kale, tercatat bahwa dari komposisi ini 76,27 persen bersumber dari komoditas makanan, dan 23,73 persen dari komoditas bukan makanan.
“Garis Kemiskinan pada Maret-September 2024 peningkatan di wilayah pedesaan, lebih tinggi dibandingkan wilayah perkotaan,” tegas Matamira Kale.
Dijelaskan Matamira Kale, untuk wilayah perkotaan meningkat 1,11 poin dari Rp638.261 menjadi Rp645.346, sedangkan untuk wilayah pedesaan perubahannya lebih tinggi yaitu 1,26 persen dari Rp488.995 menjadi Rp495.180.
“Berdasarkan hasil survei bahwa rata-rata 1 rumah tangga miskin di NTT, memiliki 5-6 anggota rumah tangga atau secara tepatnya 5,81 anggota rumah tangga. Sehingga per rumah tangga garis kemiskinan secara rata-rata di NTT adalah mencapai Rp3.12.215/ rumah tangga miskin,” papar dia.
Kalau dibandingkan dengan garis kemiskinan nasional dan garis kemiskinan provinsi lain, tambah Matamira Kale, Garis Kemiskinan rumah tangga miskin di NTT lebih tinggi dibandingkan garis kemiskinan secara nasional, dan garis kemiskinan di Sulawesi Barat, merupakan provinsi dengan garis kemiskinan terendah secara Nasional.
“Di Sulawesi Barat itu garis kemiskinannya 2. 651.000 230, namun garis kemiskinan NTT masih di bawah garis kemiskinan Papua pegunungan maupun garis kemiskinan tertinggi,” kata Matamira Kale.
Lebih lanjut dikatakan, pada bulan September 2024 jumlah penduduk miskin di NTT sebanyak 1.107.000 atau setara dengan tingkat kemiskinan 19,02 persen.
“Jika dibandingkan periode Maret 2024 secara absolut, jumlah penduduk miskin pada September 2024 turun 19,63.000 orang, dan sejalan juga dengan tingkat kemiskinan atau secara persentase itu turun 0,46 persen Poin,” tambahnya.
Diakui Matamira Kale, dengan penurunan tingkat kemiskinan tersebut, namun menunjukkan bahwa kondisi penduduk miskin di daerah pedesaan dan perkotaan, ada perbedaan yang cukup signifikan, ada disparitas yang masih cukup tinggi. (iir)