Bendungan Raknamo Tidak Mampu Menghadirkan Air Bersih, Perempuan Harus Pikul Air

by
Warga di wilayah Bendungan Raknamo, Elisabet Selan dan Fransiska Dona Fernandes. (Foto: iir)

BERITABUANA.CO, KUPANG – Sesuatu yang menyedihkan, dimana terdapat bendungan berkapasitas 14,09 Juta M3 Air, ternyata tidak bisa dinikmati oleh masyarakat sekitar, bahkan mereka kekurangan air bersih.

Seperti yang dialami warga Dusun 3 dan 1 Desa Raknamo Kecamatan Kupang Timur Kabupaten Kupang, ternyata kehadiran Bendungan Raknamo tidak memberikan manfaat bagi mereka.

Terpaksa setiap pagi dan sore, harus menyusuri jalan menuju sungai terdekat dengan menenteng empat jerigen kosong, yang airnya untuk dipakai mandi dan cuci piring.

“Pagi ambil air, siang sudah habis. Terpaksa sore harus kembali lagi ke sungai,” jelas Elisabet Selan, warga Dusun 3 Desa Raknamo.

Sedangkan untuk air minum, terpaksa juga harus bermuka tebal meminta kepada tetangga yang memiliki sumur bor. Tapi dalam dua bulan terakhir, tidak lagi bisa mendatangi tetangga, karena ada sedikit persoalan.

“Meski kami tetap bertegur sapa, tapi saya tidak berani minta air lagi ke tetangga,” ujar Elisabet Selan.

Sebelum kehadiran Bendungan Raknamo, air bukan sebuah masalah, air justru melimpah hingga masyarakat bebas untuk mengelola pertaniannya.

Akan tetapi nasib warga berubah, ketika Pemerintah Pusat melalui Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara (BWS NT) 2 mulai membangun Bendungan Ranamo pada Desember 2014.

Jalan menuju Bendungan diperlebar, sehingga banyak mata air yang rusak, akhirnya masyarakat kesulitan untuk mendapatkan air bersih. Dan tidak lagi bisa mengairi sawah, hingga harus menghadapi gagal panen.

“Air tidak ada, sehingga sawah kering. Mengakibatkan gagal panen, bahkan rugi hingga mencapai Rp5 juta,” aku Elisabet Selan.

Dan saat ini, setelah tidak lagi bisa meminta air bersih ke tetangga, terpaksa harus membeli air tanki yang harganya bisa mencapai Rp60.000, yang hanya mampu bertahan selama satu minggu.

Sedangkan untuk pertanian dan peternakannya, bersama suami yang juga Kepala Dusun, harus ke sungai untuk mengambil air dengan jerigen.

“Suami juga sibuk urus masyarakat, sehingga kalau ada waktu luang saja mengantarkan ke sungai dengan motor, mengambil air untuk ternak dan pertanian,” aku Elisabet Selan.

Dengan ketiadaan air tersebut, masyarakat yang tidak memiliki sumur bor mengaku sengsara. Sebab air merupakan kebutuhan pokok.

Sesuai rencana, Bendungan Raknamo dibangun a=gar masyarakat Kabupaten Kupang tidak kekurangan air, nyatanya itu hal yang mustahil, karena untuk memenuhi kebutuhan air bersih warga sekitar saja tidak mampu, apalagi untuk masyarakat Kabupaten Kupang.

Hal ini diakui Kepala Desa Raknamo, Augusto Fernandes bahwa masyarakatnya yang tinggal di Dusun 1 dan 3 mengalami krisis air bersih, begitu juga masyarakat didesa yang berdekatan.

“Bendungan hanya dibuka setahun sekali, tapi kalau airnya berlimpah akan dibuka untuk mengairi lahan pertanian masyarakat,” ungkap Augusto Fernandes.

Masih belum terurusnya penyaluran air bendungan ke masyarakat, karena belum ada serah terima dari BWS NT 2 ke Pemerintah Kabupaten Kupang, terlebih lagi perpipaan untuk mengaliri ke rumah warga sekitar, sudah banyak yang rusak.

Untuk itu, masyarakat hingga kini belum bisa menikmati air bersih dari Bendungan yang berkapasitas 14,09 Juta M3 Air tersebut.

Hingga berita ini ditayangkan, belum berhasil menemui pihak BWS NT 2 yang bertanggung jawab dengan pembangunan Bendungan Raknamo tersebut. (iir)