BERITABUANA.CO, JAKARTA – Direktur Eksekutif Ethical Politics, Hasyibulloh Mulyawan, menyoroti pernyataan calon Gubernur Sulawesi Tengah, Ahmad Ali yang sering berbicara mengenai pemerintahan antikorupsi. Ia menilai, rekam jejak Ahmad Ali menjadi cerminan penting integritas dan kredibilitas dalam memimpin, terlebih ia pernah tersangkut kasus korupsi.
Menurutnya pencalonan Ahmad Ali adalah akibat buruknya kaderisasi partai. Partai tidak menyeleksi secara jeli kadernya yang pernah terjebak dalam praktik rasuah, akibatnya sosok seperti Ahmad Ali malah bercita-cita menjadi pemimpin daerah.
“Calon kepala Daerah yang pernah tersangkut korupsi, ini menandakan masih lemahnya seleksi yang dilakukan oleh Partai Politik dalam mencari calon-calon kepala daerah,”kata Hasyibulloh Mulyawan, Selasa (19/11/2024).
Pasalnya, pada debat ketiga Pilgub Sulteng 2024, Ahmad Ali membeberkan kiat-kiatnya mengadakan pemerintahan antikorupsi. Mulai dari penyederhanaan birokrasi hingga tranparansi pemerintahan kepada rakyat, alih-alih meyakinkan rakyat, Ahmad Ali lupa akan rekam jejaknya yang pernah menjadi incaran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) akibat berbagai kasus besar yang menyeret namanya.
Bahkan nama Ahmad Ali sempat disebut dalam laporan utama Majalah Tempo edisi Sabtu 29 Januari 2022. Dalam laporan itu dijelaskan bahwa Ahmad Ali terlibat dalam kasus pengaturan izin tambang di tanah kelahirannya, Morowali, Sulawesi Tengah.
Sementara pada 2020 silam, Ahmad Ali pernah dilaporkan ke KPK akibat dugaan praktik korupsi impor produk hortikultura. Bahkan belum lama ini, nama eks Wakil Ketua Umum Nasdem itu disebut dalam persidangan mantan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, karena anak buah Syahrul sempat menemui Ahmad Ali saat prosesl penyelidikan oleh KPK berjalan.
Tetapi berdasar pengamatan Hasyibulloh Mulyawan, publik Sulawesi Tengah kini semakin cerdas dalam memilih pemimpin. Aksi kerja seorang calon pemeimpin menjadi rujukan utama seseorang dalam memilih. Rata-rata masyarakat memilih pemimpin yang sudah terbukti melakukan kerja nyata yang berdampak untuk rakyat.
“Aksi kerja dan lain sebagainya itu menjadi rujukan utama. Rata-rata masyarakatnya itu menginginkan pemimpin yang sudah melakukan sesuatu,“ tegas Hasyibulloh Mulyawan.
Sehingga, praktik korupsi yang menjerat Ahmad Ali menjadi catatan buruk di mata rakyat. Karena rakyat tidak lagi menginginkan pemimpin yang integritasnya tercoreng praktik rasuah, lebih dari itu, Ahmad Ali sama sekali tidak memiliki catatan bekerja dan memberi sumbangsih kepada rakyat Sulawesi Tengah. Oisa