Yohanes Natol Kembali Tegaskan Paket SIAGA Harga Mati

by
Penutur Adat Budaya, Yohanes Natol saat bertemu Andre Garu. (Foto: ist)

BERITABUANA.CO, KUPANG – Penutur budaya dari tiga kabupaten etnis Manggarai Raya di Kota Kupang, Yohanes Natol kembali tegaskan bahwa Paket SIAGA harga mati, bagi warga Diaspora Manggarai di Kota Kupang.

Dikatakan, sudah disatukan dalam ritual adat Manggarai dalam wujud ‘Wuat Wa’i Selek Weki’ Calon Wakil Gubernur NTT Nomor Urut 3, Adrianus Garu (AG), yang dihadiri Calon Gubernur NTT, Simon Petrus Kamlasi (SPK) dan seluruh Ketua Panga dari tiga kabupaten di Manggarai.

“Ketiga kabupaten tersebut, yaitu Manggarai Barat, Manggarai dan Manggarai Timur yang tergabung dalam Ikatan Keluarga Manggarai Raya (IKMR) Kota Kupang di rumah Frans Tulung, Tokoh Masyarakat Manggarai di Kota Kupang,” tegas Yohanes Natol di Kupang, Selasa (5/11/2024).

Ritual adat itu dilakukan sehari sebelum Paket SIAGA mendaftar di KPU NTT, tepatnya, Kamis, 26 Agustus 2024 lalu.

“Jadi, bagi Warga Diaspora Manggarai di Kota Kupang, Paket SIAGA itu sudah harga mati, karena ada Calon Wakil Gubernurnya, Adrianus Garu, Putra Manggarai di situ,” sambungnya.

Natol optimis, IKMR tetap solid memenangkan Paket SIAGA di Pilgub NTT, 27 November 2024. Karena SPK – AG adalah penerus kepemimpinan Ben Mboi.

“Siapa yang tidak kenal Ben Mboi. Di generasi sekarang, Ben Mboi adalah pemimpin yang legendaris. Dimana, dalam kiprah kepemimpinannya selalu berpihak kepada masyarakat ntt,” kata dia.

Apa lagi, tambah Natol, dalam Pilgub kali ini, ada Putra Manggarai Cawagubnya yaitu AG. Itu yang memotivasi Warga Diaspora Manggarai Kota Kupang solid mendukung Paket SIAGA..

Makna Budaya Manggarai
Dalam konteks budaya Manggarai, terdapat tiga klasifikasi penting menjadi landasan penting dalam memilih pemimpin: Ase Kae, Kesa Kela, dan Hae Reba.

Ali Antonius, seorang tokoh masyarakat asal Manggarai, menekankan bahwa dalam setiap pemilihan umum, prinsip yang harus diutamakan adalah Ase Kae.

Menurutnya, Ase Kae merupakan prioritas utama, diikuti oleh Kesa Kela, dan baru Hae Reba jika tidak ada pilihan yang lebih baik.

“Kita tidak bisa membalik urutan ini. Utamakan Ase Kae, baru Kesa, dan jika tidak ada keduanya, baru Hae Reba,” jelasnya.

Hal ini menggambarkan filosofi mendalam dalam budaya Manggarai yang menilai kedekatan dan komitmen calon terhadap masyarakat.

Anton menegaskan bahwa pembicaraan tentang Ase Kae, Kesa Kela, dan Hae Reba tidak berkaitan dengan sukuisme, melainkan berfokus pada kepentingan politik yang lebih luas. (iir)