BERITABUANA.CO, SOLO – Fenomena hujan es yang terjadi sekitar 10 menit di kawasan Mojongsono, Solo, diperkirakan terjadi karena masa transisi atau pancaroba.
Menurut petugas perkiraan cuaca BMKG Ahmad Yani Semarang, Winda Ratri, Rabu (23/10/2024), hujan air disertai butiran es itu lumrah terjadi di masa peralihan dari musim kemarau ke musim hujan.
“Hujan es bisa terjadi, karena adanya awan Cumulonimbus yang tumbuh cukup tinggi sampai di lapisan freezing level, yaitu lapisan di mana suhunya itu 0 derajat,” kata Winda.
“Massa atau uap air terdorong ke atas dari udara naik karena cukup kuat di mana labilitasnya juga kuat, pasti dipengaruhi labilitas udaranya cukup kuat, naik sampai ke lapisan freezing level, jadi nanti massa udara atau airnya berkondensasi dan kemudian bisa terbentuk menjadi es,” lanjutnya.
Dalam awan cumulonimbus yang bisa menjulang cukup tinggi sampai freezing level, lanjut Winda, terdapat jenis partikel air super dingin dan es. Kemudian saat awan sudah cukup jenuh dan tidak bisa lagi menampung air yang ada, maka hujan turun.
“Jika partikel ini ikut turun dan ketika sampai daratan dia belum sepenuhnya cair, maka bisa terjadi hujan es,” paparnya.
Ia mengatakan fenomena hujan es yang disertai kilat dan angin kencang yang dimungkinkan muncul hingga Oktober akhir ini telah beberapa kali terjadi. Tapi untuk tahun ini, baru terjadi di Kota Solo, Senin (20/10/2024). (Slo)