BERITABUANA.CO, JAKARTA – Sebelum mengakhiri tugas sebagai Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi (BKS) masih sempat menerbitkan buku biografinya dengan judul “BKS dari UNDERROG menjadi Menteri”.
Ditulis oleh Ninok Leksono, buku setebal 280 halaman tersebut, Sabtu (19/10/2024) malam di Gramedia, Mall Grand Indonesia, dibagikan kepada setiap awak media peliputan di Kemenhub (Forwahub) dalam rangka pemberitahuan juga bahwa buku tersebut telah beredar dan di jual di Toko Buku Gramedia.
Ia menyebutkan awal mula diterbitkannya buku yang di tulis Ninok Leksono ini, sejak lima tahun terakhir karena diminta oleh banyak pihak untuk menulis dan menerbitkan buku biografi. “Saya akhirnya membuat buku ini setelah diminta oleh banyak pihak untuk menulis dan dituliskan buku. Saya pikir saya kok belum pantas untuk membuat buku. Mengapa akhirnya saya mau membuat buku ini? Alasannya adalah istri dan anak saya yang meminta,” tutur Budi Karya.
“Saya berharap, buku yang berisi kisah hidup sejak kecil, sekolah, kuliah, bekerja, hingga menjadi menteri tersebut dapat bermakna bagi pembaca. Karena saya dari keluarga biasa, sekolah juga biasa dan bekerja juga biasa saja. Mungkin dinilai oleh penulis dan kawan-kawan hasilnya outstanding,” ucapnya seraya menyebutkan, namun ada makna dan pesannya di sini, yakni kalau biasa saja tapi dengan effort dan kesungguhan, kita bisa berhasil mencapai satu titik prestasi atau penghargaan dari lingkungan kepada kita.
Soal capaian yang telah ia perbuat di Kementerian Perhubungan selama dua periode Pemerintahan Presiden Jokowi, ada tiga hal yang berkesan yakni dalam pelaksanaan mudik. Karena selalu menjadi tantangan, terlebih ketika mudik setelah pandemi Covid-19 usai. “Pada saat mudik kembali dibuka tanpa syarat apa-apa, dan kami survei dibantu surveyor, hasilnya 195 juta orang akan mudik. Bagaimana itu mengaturnya? Tapi Alhamdulillah kepuasannya tinggi, dan itu dinyatakan suatu lembaga survei,” ujar Budi Karya Sumadi
Capaian kedua, lanjutnya, terkait Flight Information Region (FIR) atau Penyesuaian Area Layanan Navigasi Penerbangan antara Indonesia dengan Singapura. Menurutnya, hal tersebut patut disyukuri. Karena perjalanan negosiasi FIR dengan Singapura telah dimulai sejak 1995, hingga akhirnya tercipta kesepakatan pada 2022. “Saya merasa kerja tim dari Kemenhub luar biasa, karena hampir 100 kali pertemuan dengan Singapura dan memakan waktu hampir tiga tahun akhirnya berhasil. Bayangkan, 10% wilayah Indonesia dikuasai negara lain. Sehingga jika kita mau ke Batam, yang mengatur Singapura dan kita bayar,” tandasnya.
Ketiga, tambah Budi Karya, terkait angkutan massal modern seperti MRT dan kereta cepat dalam sepuluh tahun terakhir pembangunan transportasi perkotaan relatif naik. Harapannya, ke depan semakin banyak kota-kota yang memiliki transportasi modern. “Jakarta sebagai pelopor sudah melakukan banyak hal. Hampir 30% masyarakat Jakarta pakai angkutan massal. Dan yang membahagiakan, pemda-pemda terpacu melakukan ini. Sayang fiskalnya belum mungkin. Mudah-mudahan angkutan modern seperti di Jakarta, semakin banyak dibuat di tempat lain,” pungkasnya.
Turut hadir pada kegiatan ini Direktur Jenderal Perkeretaapian Risal Wasal, Tenaga Ahli Menteri Perhubungan Bidang Komunikasi Media Massa Thonthowi Djauhari, yang juga menjadi editor buku ini, Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Budi Rahardjo, serta anggota Forum Wartawan Perhubungan (Forwahub). (Yus)