BERITABUANA.CO, PENAJAM PASER UTARA– Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan bahwa total investasi di Ibu Kota Nusantara (IKN), Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur sudah mencapai Rp 56,2 triliun. Jumlah tersebut dari total 55 groundbreaking yang sudah dilakukan.
“Per hari ini perlu juga saya sampaikan bahwa sudah di luar anggaran dari APBN, Investasi yang masuk sudah RP 56,2 triliun dari 55 yang sudah ground breaking,” kata Jokowi saat memberikan sambutan sidang kabinet paripurna (Sidkabpar) perdana di Istana Garuda, IKN, Kalimantan Timur, Senin (12/8/2024).
Jokowi lalu merinci groundbreaking yang sudah dilakukan menyangkut Kesehatan, Pendidikan, logistic, perhotelan, energi, transportasi, kantor, perbankan, hunian, area hijau, media dan teknologi.
“Pendidikan ada 6, kesehatan ada 3, logistik ada 10, hotel ada 8, energi dan transport ada 2, kantor dan perbankan ada 14, hunian dan area hijau ada 9, media dan teknologi ada 3,” tuturnya.
Dalam kesempatan itu, Jokowi ikut menyinggung purchasing management index (PMI) Indonesia yang mengalami penurunan. Hal ini menandakan adanya tren kelesuan di tengah industri yang ada di Indonesia.
“Yang berkaitan dengan PMI purchasing manager index yang kita tahu setelah ekspansif selama 34 bulan berturut-turut pada bulan Juli kita masuk ke level kontraksi,” ucapnya.
Jokowi minta hal ini agar dilihat dan diwaspadai betul secara hati-hati. Sebab, beberapa negara di Asia PMI nya juga berada di angka dibawah 50 seperti Jepang 49,2, Indonesia 49,3, RRT 49,8, dan Malaysia 49,7.
“Komponen yang mengalami penurunan paling banyak itu di sektor produksi yaitu minus 2,6 kemudian pesanan baru atau order baru minus 1,7 dan employment minus 1,4. Saya ingin dicari betul penyebab utamanya dan segera diantisipasi karena penurunan PMI ini saya lihat sudah terjadi sejak 4 bulan terakhir,” tegasnya.
Jokowi lalu menyoroti permintaan domestic yang melemah karena beban impor bahan baku yang tinggi. Selain itu, karena fluktuasi rupiah atau adanya juga serangan produk-produk impor yang masuk ke Indonesia.
“Sehingga penting belanja produk lokal sekali lagi saya tekankan kemudian penggunaan bahan baku lokal dan juga perlindungan terhadap industri dalam negeri kita, dan mungkin juga karena permintaan dari ekspor atau dari luar negeri melemah ini karena terjadi gangguan rantai pasok atau perlambatan ekonomi terhadap mitra-mitra dagang utama kita. Sehingga kita harus bisa mencari pasar non tradisional dan mencari potensi pasar baru ekspor kita,” tutupnya.