Pengurus YLCC Harapkan Cawalkot Supian Suri Lestarikan Sejarah Depok

by
Pengurus YLCC Boy Loen (foto: rmt)

BERITABUANA.CO, DEPOK – Pengurus Yayasan Lembaga Cornelis Chastelein (YLCC) Boy Loen, menaruh harapan besar kepada Calon Wali Kota (Cawalkot) Depok H. Supian Suri (SS), agar tidak melupakan dan menghapus puluhan situs sejarah yang ada di Kota Depok.

Ia mengungkapkan, di Depok ini memiliki cukup banyak bangunan bersejarah. Namun sayangnya, hal tersebut kurang mendapat perhatian serius dari Pemerintah Kota (Pemkot) Depok.

“Makanya saya sampaikan ke Pak Supian Suri ya, jangan kita melupakan sejarah bahwa Depok beranjak dari situ,” tukasnya, Selasa (23/7/2024).

Ia mengharapkan di era Supian Suri nanti, SS bisa punya perhatian terus. Pasalnya, heritage itu bisa mendatangkan sumber pendapatan, baik melalui wisata maupun kuliner.

Boy mencatat, sedikitnya ada 21 situs bersejarah atau bangunan tua peninggalan kolonial Belanda, yang masih berdiri kokoh di Kota Depok.

Namun sayang, dua di antaranya dalam kondisi memprihatinkan, bahkan nyaris ambruk. Bangunan tersebut adalah eks Rumah Sakit Harapan dan SDN Pancoran Mas 2.

“Ya, di Depok Lama itu tidak bisa dipungkiri, bahwa disitulah awal mulanya kita mengenal Depok,” jelasnya.

Dan itu katanya, bisa dibuktikan di sepanjang Jalan Pemuda, itu ada banyak bangunan-bangunan heritage, bangunan yang bersejarah.

Ia mencontohkan, bangunan eks gedung pemerintahan atau yang dulu disebut Kantoor van Het Gemeentebestuur van Depok dan sempat jadi Rumah Sakit Harapan.

Lalu, sambungnya ada rumah Presiden ke-lima Depok, ada pula Gereja Emanuel yang jadi cikal bakal kantor YLCC serta SDN Pancoran Mas Dua.

“Bagi kami, itu kan adalah warisan yang tidak ternilai maknanya, tapi tingkat kepeduliannya terhadap itu sangat minim,” ungkapnya.

Menurutnya, Pemkot hanya mau memperoleh nama, bahwa itu cagar budaya punya Kota Depok.

“Tapi perhatiannya, misalnya adakah sumbangan buat maintenance, pemeliharaan itu tidak ada, Nothing. Ketika kami tanyakan alasannya klasik, tidak ada anggaran di APBD,” terangnya.

Boy menilai, itu hanyalah alasan belaka. Sebab, urainya, di Jakarta saja banyak bangunan bersejarah yang mendapat perhatian lebih dari pemda.

“Misalnya, Gereja Emanuel depan Stasiun Gambir, itu mereka dialokasikan oleh APBD Jakarta, itu maintenance untuk mengecek perawatan. Tapi kami sama sekali tidak,” paparnya.

Boy menyebut, pemda selalu berdalih bahwa heritage itu adalah milik pribadi, milik kaum Depok atau yang kerap disebut Belanda Depok.

“Sehingga, Pemkot Depok tidak punya kewajiban untuk bertanggung jawab. Tapi itu hanya alasan,” pungkasnya. (Rki)