Pilpres ‘Berdarah’ di Meksiko, Kartel Narkoba ‘Nimbrung’, Politisi Banyak yang Dibunuh

by
Claudia Sheinbaum, Presiden Meksiko terpilih. (Foto: google)

BERITABUANA.CO, MEKSIKO – Sepak terjang para bandar narkoba seperti dipertontonkan negara barat ternyata bukan khayalan atau ciptaan semata. Faktanya, ternyata ada. Dibuktikan para bandar narkoba itu ikut nimbrung dalam Pemilihan Umum (Pemilu) Meksiko, yang telah berhasil diselenggarakan pada Minggu. Pemilu itu digelar untuk memilih presiden serta 20.700 posisi federal dan lokal di seluruh negeri.

Mengutip Al Jazeera, kontestasi kepresidenan berhasil dimenangkan Claudia Sheinbaum, yang akan menjadi presiden wanita pertama di negara itu. Figur 61 tahun ini sebelumnya menjabat sebagai Wali Kota Mexico City dari 2018 hingga 2023 dan merupakan anak didik Presiden petahana, Andrés Manuel López Obrador.
Dalam pemilu terbesar dalam sejarah Negeri Salsa ini, Sheinbaum berhadapan dengan mantan senator Xóchitl Gálvez, ketua koalisi konservatif. Gálvez diketahui hanya mendapatkan 30% suara.
Namun ada sorotan lain dalam pemilu ini. Hal ini terkait bagaimana kartel narkoba membuat kekacauan dengan membunuh beberapa politisi.
Per 1 Juni, sudah ada 37 orang kandidat pemilu yang dibunuh oleh kartel narkoba bersenjata. Ini menjadikan “pesta demokrasi ini yang paling berdarah” dalam sejarah Meksiko.
Konsultan pertahanan Integralia juga menghitung terdapat 828 serangan tidak mematikan terhadap kandidat selama musim pemilu saat ini. Para analis menunjuk pada gabungan kartel narkoba yang kuat di Meksiko dan pemerintah daerah yang seringkali korup sebagai faktor yang berkontribusi terhadap bahaya yang dihadapi para kandidat.
“Ada kemungkinan bahwa kekerasan digunakan sebagai sarana untuk menentukan pemilu, terutama ketika kepentingan tertentu dianggap berisiko jika proyek politik tertentu menang,” kata Armando Vargas, seorang peneliti Integralia, kepada Reuters, dikutip Kamis (6/6/2024).
Isu kejahatan dengan kekerasan telah muncul sebagai salah satu isu utama dalam pemilihan presiden tahun ini. Petahanan Obrador masih terus berupaya untuk menahan tingkat pembunuhan yang terus-menerus tinggi.
Di sisi lain, saat Sheinbaum menjabat Wali Kota Mexico City berjanji untuk memberantas kekerasan terhadap perempuan. Diketahui, Meksiko saat ini mencatat setidaknya 10 perempuan dan anak perempuan terbunuh setiap hari, dan puluhan ribu perempuan hilang. Sebagian besar kasus pembunuhan terhadap perempuan tidak diproses secara hukum.
Dari sisi lokasi, kekerasan kampanye cenderung terkonsentrasi di negara-negara bagian seperti Chiapas, Guanajuato, Guerrero, Tamaulipas dan Michoacán. Semuanya merupakan basisi di mana kartel berkuasa di wilayah yang luas.
Para uskup Katolik di Chiapas bahkan telah menyatakan bahwa “tidak ada syarat untuk mengadakan pemilu” di sebagian besar negara bagian tersebut. Banyak pencari posisi pemerintahan juga telah mengundurkan diri dari jabatannya di wilayah itu.
Analis di Universitas San Diego, David Shirk, mengatakan bahwa banyak pembunuhan figur politik yang bersifat lokal seperti wali kota dibanding gubernur atau pejabat pusat. Hal ini diakibatkan oleh posisi pejabat lokal yang berdekatan dengan rakyat dan kartel sehingga dapat memberikan perlindungan kepada para aktor kasus-kasus kriminal.
“Walikota dan calon walikota pada dasarnya dikepung karena mereka adalah titik penting pengaruh dan perlindungan bagi pelaku kriminal,” ujarnya kepada Los Angeles Times.
Serupa, pengamat politik Meksiko, Carlos Bravo Regidor, menyebutkan para kartel berusaha membiayai calon mereka sendiri dan kemudian mempersenjatai atau melenyapkan lawan politik. Pasalnya, geng kriminal ini membutuhkan pengamanan dengan pihak berwenang.
“Kejahatan terorganisir memerlukan semacam pemahaman dengan pihak berwenang,” katanya.
“Organisasi kriminal membutuhkan jaminan. Ketidakpastian tidak menjamin bahwa pemenangnya adalah seseorang yang setuju dengan kesepakatan yang telah mereka buat,” tambahnya. (Kds)