Dosen ATVI Suradi: Hadapi Era 5.0 dan Berkembangnya AI, Tantangan Jurnalis Makin Berat

by
Dosen Akademi Televisi Indonesia (ATVI), drs.Suradi, MSi ketika memberikan pelatihan jurnalistik di SMA Plus PGRI Cibinong, Bogor. (Foto: Istimewa)

BERITABUANA.CO, BOGOR – Perkembangan teknologi informasi yang ditandai makin tingginya pengaruh artifisial intelejen (AI) menjadi tantangan tersendiri, sekaligus peluang bagi jurnalis dalam menjalankan tugas dan profesinya dalam mengabarkan informasi dan berita secara lengkap dan akurat.

Hal ini disampaikan Dosen Akademi Televisi Indonesia (ATVI), drs.Suradi, MSi ketika memberikan pelatihan jurnalistik di SMA Plus PGRI Cibinong, Bogor, akhir pekan ini. Acara ini juga sekaligus mengenalkan kampus ATVI kepada siswa untuk masuk dalam industry media digital yang sangat dinamis.

Jadi, lanjut Suradi, berita harus ramah pembaca dalam arti, tetap memberikan informaski terkini yang akurat, valid, dan mencerahkan. Untuk itu, lanjut Suradi, siswa harus kuasai teknologi informasi dan melakukan transformasi menyeluruh di semua lini, termasuk penggunaan AI atau kecerdasan buatan.

“Jika ini tidak dilakukan, jurnalis ekana mengalami kesulitan dan kalah bersaing dengan yang lain,” ujar dia seraya mengakui bahwa dengan perkembangan teknologi informasi ditambah makin tingginya kebutuhan AI, pola kerja berubah, sikap, dan kecepatan, serta ketepatan dalam menyempaikan berita.

Belum lagi, Masih kata Suradi, pesaing jurnalis adalah media sosial yang berlomba mengabarkan berbagai informasi dan peristiwa. Jurnalis kini bersaing ketat dengan media sosial.

“Jurnalis harus menjadikan medsosn sumber berita alternative, minimal membaca situasi perkembangan di masyarakat untuk ditindaklanjuti dalam reportase,” kata Suradi yang juga praktisi media dan telah 30 tahun bekerja sebagai jurnalis.

Pelatihan yang dikemas dalam kegiatan bernama ‘Studentday Jurnalistik’, sebanyak 45 siswa-siswi kelas X-XI SMA Plus PGRI Cibinong, mengikuti dengan serius dan aktif dalam sesi diskusi pelatihan dengan tema ‘Tantangan Pers Era Smart Society 5.0 Profesi Jurnalis di Era Smart Society 5.0 dan Literasi Media Digital Media Massa Tantangan Pers, Khususnya Jurnalis’.

Dalam kegiatan ini para siswa didampingi Pembina Studentday Jurnalistik SMA Plus PGRI Cibinong, Dian Adesti dan juga guru pembina, Wirya Aini.

Setelah acara pelatihan selesai pun, peserta masih bersemangat untuk menanyakan berbagai hal terkait dengan perkembangan teknologi informasi yang amat berpengaruh pad acara kerja jurnalis.

Peran dan Tantangan Jurnalsi di Era 5.0

Keseruan siswa/i SMA PGRI Cibinong saat mengikuti pelatihan jurnalistik. (Foto: Istimewa)

Pembina Studentday Jurnalistik SMA Plus PGRI Cibinong, Dian Adesti menjelaskan, diskusi ini diikuti oleh seluruh siswa yang tergabung di kelas jurnalistik dan digelar untuk mengenal seperti apa peran dan tantangan jurnalis era Society 5.0 yang dihadapkan pada perkembangan teknologi yang super cepat.

Menurutnya, jurnalis media massa ke depan menghadapi tantangan yang berat, di tengah berbagai kemudahan yang ditawarkan teknologi, dan melimpahnya informasi. Disisi lain, jurnalis di media massa juga harus tetap mampu menyajikan informasi yang berkualitas, menjadi pembeda diantara menjamurnya berbagai platform sosial media.

“Karena itu diskusi jurnalistik dengan mengundang praktisi seperti ini menjadi salah satu hal yang bisa meningkatkan wawasan siswa. Dan, saya berharap siswa dapat terbuka wawasan mengenai tantangan dan peluang profesi jurnalis di era digital supaya menjadi jurnalis yang memiliki kredibilitas dan selalu bersemangat untuk terus memberikan informasi positif kepada masyarakat,” tutur Dian.

Hal senada juga dituturkan Salma Nurhaliza, siswi kelas XI SMA Plus PGRI Cibinong. Ia mengaku mandapat banyak manfaat dari kegiatan seperti ini.

“Seru banget, ternyata banyak banget ilmu yang baru aku tau lewat diskusi tersebut. Misalnya, tentang strategi atau kiat kiat agar eksistensi dari peran jurnalis tidak hilang tergantikan sama zaman yang semakin modern. Kegiatan seperti ini juga bisa melatih kita berpikir kritis dalam menyampaikan argumen selama diskusi,” tuturnya. (Ery)