Erasmus Frans : Kawasan Konservasi Taman Nasional Laut Sawu Perlu Perhatian Serius

by
Erasmus Frans kembali maju sebagai Caleg, tapi saat ini untuk DPRD Provinsi NTT. (Foto: ist)

BERITABUANA.CO, KUPANG – Kondisi Kawasan Konservasi Taman Nasional Laut Sawu di Kabupaten Sabu Raijua (SaRai) cukup memprihatinkan, sehingga perlu Perhatian dan penanganan serius dari berbagai pihak.

Baik itu dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) SaRai, para Petani Rumput Laut/ Nelayan Tradisional dan yang lebih memiliki kewenangan regulatif dan kontrol wilayah Pesisir dan Perairan Laut, yakni Kementrian Perikanan dan Kelautan RI yang memberikan penugasan kepada Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi NTT.

“Saat saya lakukan hearing ke SaRai, khususnya Kecamatan Raijua, mendengarkan serta menyaksikan langsung kondisi yang dikeluhkan para petani/nelayan,” tegas Pemerhati Lingkungan dan Pariwisata NTT, Erasmus Frans Mandato yang ditemui di Kupang, Rabu (3/1/2024).

Menurut Erasmus sapaan akrab Anggota DPRD Kabupaten Rote Ndao dari Fraksi Hanura, bahwa kerusakan massive yang terjadi setiap tahun di area budidaya rumput laut, memaksa petani mendatangkan bibit rumput laut segar dari Kabupaten Rote Ndao, dalam jumlah yang tidak sedikit, pergantian bibit dua sampai tiga kali dalam setahun.

“Adanya kerusakan dimaksud, menimbulkan Cost Operasional yang cukup dalam, yang harus dikeluarkan dari kantung para petani,” tegas Erasmus, yang juga Anggota DPRD Rote Ndao ini.

Menurut dia, menjadi sebuah Paradox yang sangat terlihat jelas, secara Geografis Raijua ada pada sentra Kawasan Laut Sawu yang jauh dari pencemaran, jika dibandingkan Kawasan laut Kabupaten Rote Ndao dan Kabupaten Kupang.

“Dugaan yang cukup mendasari kerusakan rumput laut, yakni para petani/nelayan mengeluhkan adanya kapal dari luar SaRai, yang melakukan penangkapan hasil laut menggunakan Kompresor dan Potasium Sianida, untuk jenis ikan yang berkualitas yakni Lobster dan Kerapu,” tambah dia.

Diakui Erasmus, bahan kimia setelah disemprot akan terseret mendekati pesisir, karang berubah menjadi putih, dan ikut membunuh pertumbuhan rumput laut yang adalah penyumbang utama Pendapatan Domestik Bruto Daerah.

“Dulu bibit rumput laut dari SaRai sangat terkenal baiknya, bahkan dikirim Ke Kab. Rote Ndao dan Kab Kupang. Sayang kalau saat ini rusak seperti itu,” papar Erasmus yang saat ini maju sebagai Caleg Dapil 2 DPRD Provinsi NTT.

Diakui Erasmus, Kabupaten Rote Ndao juga pernah mengalami kondisi yang sama,
Tapi sekarang sudah ada pengawasan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi NTT dan Kementrian kelautan RI, melibatkan LSM dan Kelompok Masyarakat Pengawas/Pokmaswas, walaupun masih belum maksimal.

“Di Kabupaten SaRai diduga ada kerusakan masif, yang dilakukan tanpa terkontrol. Selain rumput laut, para nelayan tangkap tradisional mengeluhkan penyebaran Rumpon oleh kapal penangkap ikan berkapasitas besar, disekitar Wilayah Perairan Laut Satu, yang hasilnya dibawa keluar,” tambah Erasmus.

Akibatnya, lanjut Erasmus, mereka mengeluhkan hasil tangkapan tidak semudah dan sebanyak dulu. Sehingga semua pihak terkait harus berperan aktif menuntaskan tanggung jawabnya, hal mana menjadi Leading wewenang DKP Provinsi NTT, dan Kementrian Kelautan RI, sedangkan penegakan hukumnya dilakukan oleh Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP).

“Hal ini terus terjadi akibat aspirasi dan sumber informasi oleh masyarakat tidak direspon dengan cepat dan tepat oleh Koordinator Wilayah BKKPN SaRai serta Pemkab Sarai. Kedepan Semua Pihak Mestinya Lebih Punya Good Will Dan Awareness,” ungkap Erasmus.

Untuk itu, kata Erasmus, harus terus berkoordinasi dengan Pemprov NTT, agar dapat diperjuangkan untuk mendapat atensi yang extra serius, dengan argumentasi yang mutlak bahwa kawasan taman nasional laut SaRai adalah yang terbesar di Asia Tenggara, sangat penting dijaga keberlangsungannya, bukan dibiarkan seperti ini.

Pada kesempatan yang sama, Tinus Jeko, nelayan Raijua beri apresiasi kepada Erasmus Frans, yang begitu perhatian dengan kondisi nelayan di SaRai, khususnya Raijua.

“Baru kali ini ada caleg Provinsi yang begitu perhatian terhadap kami, dan berharap kalau sudah dapat kursi di DPRD Provinsi NTT perhatiannya jangan kendor, justru ditingkatkan, agar SaRai bisa lebih maju lagi,” harap Tinus Jeko yang nama Sabunya dikenal dengan Ama Bole.

Diakui Ama Bole, rumput laut di SaRai banyak yang gagal panen, sebab dirusak oleh oknum tidak bertanggungjawab, yang menggunakan peralatan ilegal untuk tangkap ikan.

“Kami sudah melapor ke Camat Raijua, tapi tidak ditanggapi dengan serius. Pelaku beraksi pada malam hari, saat laut surut. Siang harinya entah mereka dimana. Mereka itu orang luar SaRai,” kata Ama Bole. (iir)