Keajaiban Terjadi, Hewan yang Punah 60 Tahun Lalu Kembali Ditemukan di Jayapura

by
Hewan Ekidna. (Foto: Expedition Cyclops)

BERITABUANA.CO, JAYAPURA – Spesies mamalia yang telah lama hilang di Pegunungan Cyclops, Sentani, Kabupaten Jayapura, informasinya diketemukan kembali oleh Tim Ilmuwan Universitas Oxford, dalam suatu ekspedisi yang dilakukan selama 4 minggu. Padahal spesies ini sudah menghilang diperkirakan selama 60 tahun yang lalu.

Nama spesies ini adalah Ekidna bermoncong panjang, mirip seperti gabungan antara landak, trenggiling, dan tikus tanah. Mulanya spesies ini sudah diperkirakan punah.

Nyatanya, Tim Ilmuwan Universitas Oxford menemukannya di hari terakhir dalam ekspedisi empat minggu. Ia mendapat fotonya untuk pertama kali dengan kamera jejak.

Saat turun dari pegunungan di akhir perjalanan, ahli biologi James Kempton menemukan gambar makhluk kecil yang berjalan melalui semak-semak hutan pada kartu memori terakhir yang diambil dari lebih dari 80 kamera jarak jauh.

“Ada rasa euforia yang luar biasa, dan juga rasa lega setelah sekian lama berada di lapangan tanpa imbalan apa pun hingga hari terakhir,” kata Kempton seperti dilansir dari CBC pada Minggu (12/11/2023).

Momen pertama kali saat ia melihat rekaman tersebut bersama kolaborator dari kelompok konservasi Indonesia YAPPENDA.

“Saya berteriak kepada rekan-rekan saya yang masih tersisa… dan berkata ‘kami menemukannya, kami menemukannya’ – Saya berlari dari meja saya ke ruang tamu dan memeluk mereka.”

Echidna memiliki nama yang sama dengan makhluk mitologi Yunani yakni setengah wanita dan setengah ular. Ia diken sebagai makhluk pemalu, penghuni liang di malam hari sehingga sulit ditemukan.

“Alasan mengapa mamalia ini tampak berbeda dari mamalia lain adalah karena mereka merupakan anggota monotremata – kelompok bertelur yang terpisah dari mamalia lainnya sekitar 200 juta tahun yang lalu,” kata Kempton.

Spesies ini hanya tercatat satu kali secara ilmiah sebelumnya oleh seorang ahli botani Belanda pada tahun 1961. Spesies echidna yang berbeda ditemukan di seluruh Australia dan dataran rendah New Guinea.

Untuk menemukannya perlu perjuangan panjang, tim Kempton selamat dari gempa bumi, malaria, dan bahkan lintah yang menempel di bola mata selama perjalanan mereka. Mereka bekerja sama dengan warga desa setempat Yongsu Sapari untuk menavigasi dan menjelajahi daerah terpencil di timur laut Papua. (Kds)