Rabu Biru untuk Indonesia Bangun ‘Rumah Sehat’ Bantu Tekan Stunting, AKI dan AKB

by
Peluncuran "Rumah Sehat RBUI" mengatasi stunting dan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Bogor. (Foto: NK)

BERITABUANA,CO, BOGOR – Stunting (gizi buruk), Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih menjadi ancaman serius yang memerlukan penanganan cepat dan tepat. Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) menyebutkan, prevalensi stunting di Indonesia masih tinggi di angka 21,6 persen di 2022, padahal pemerintah manargetkan angka stunting turun menjadi 14 persen pada tahun 2024.

Prihatin dan tergerak dengan masih tingginya angka stunting, AKI dan AKB, Relawan Prabowo ‘Rabu Biru Untuk Indonesia’ (RBUI) mendirikan “Rumah Sehat RBUI”. Program ini fokus pada pemberdayaan kesehatan ibu dan anak.

Ketua Umum RBUI, Henny Daeng Parani mengatakan, program “Rumah Sehat RBUI” menggunakan inovasi teknologi kesehatan yang diciptakan oleh anak bangsa bernama TeleCTG. Teknologi canggih ini penting sebagai alat deteksi dini bagi ibu hamil, berkontribusi dalam mencegah kematian ibu, bayi, dan stunting. Menariknya, TeleCTG dikembangkan dan diproduksi oleh para ahli dari Ciawi, Kabupaten Bogor.

“Gerakan RBUI peduli untuk memperkuat kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan ekonomi masyarakat Indonesia,” ucap Henny dihubungi melalui sambungan telepon, Rabu (8/11/2023).

Inisiatif ini, harapnya, akan menjadi percontohan nasional dimulai di Kabupaten Bogor dan meluas di seluruh Indonesia untuk mencegah stunting, AKI dan AKB.

Acara peresmian Rumah Sehat Rabu Biru Untuk Indonesia berlangsung pada 19 Agustus 2023 lalu, di Desa Puspasari, Kabupaten Bogor. Pada kegiatan tersebut, 100 ibu hamil dan 100 bayi menerima pemeriksaan kesehatan menyeluruh, konsultasi dengan para ahli, dan distribusi gizi tambahan sebagai upaya preventif.

Kegiatan ini dibuka oleh Ketua DPRD Kabupaten Bogor, Rudi Susmanto didampingi Kepala Desa Puspasari, Kurnia Nurdin, bekerjasama dengan RSUD Cibinong dan Puskesmas setempat.

Turut hadir para dokter kandungan serta seluruh tenaga medis. Pada kegiatan ini juga diadakan penyuluhan kesehatan oleh Dr. dr. Raendi Rayendra, SpKK, M.Kes selaku kakak asuh cegah stunting Kota Bogor.

Peluncuran “Rumah Sehat RBUI” mengatasi stunting dan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Bogor dihadiri 100 Ibu dan 100 bayi oleh Relawan Prabowo Rabu Biru. (Foto: NK)

Menurut World Health Organization (WHO), stunting adalah gangguan perkembangan pada anak yang disebabkan oleh gizi buruk, infeksi yang berulang, dan simulasi psikososial yang tidak memadai. Apabila seorang anak memiliki tinggi badan lebih dari -2 standar deviasi median pertumbuhan anak yang telah ditetapkan oleh WHO, maka ia dikatakan mengalami stunting.

Pemerintah RI sendiri menargetkan program penurunan stunting menjadi 14 persen pada tahun 2024 mendatang. Angka ini diakui pemerintah sulit dicapai karena hingga kini prevalensi stunting masih di angka 21,6 persen, karenanya memerlukan kepedulian semua pihak termasuk relawan.

Pemerintah meyakini, stunting bukan hanya urusan tinggi badan tetapi yang paling berbahaya adalah rendahnya kemampuan anak untuk belajar, keterbelakangan mental, dan yang ketiga munculnya penyakit-penyakit kronis. Daerah yang paling banyak penurunan angka stunting adalah Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Utara, dan Banten.

Jika mau mengejar penurunan stunting hingga 14 persen artinya mesti turun 3,8 persen selama 2 tahun berturut-turut. Caranya, pemerintah cq BKKBN mesti berkolaborasi dengan instansi lain maupun masyarakat.

Standar WHO terkait prevalensi stunting harus kurang dari 20 persen. Masih tingginya angka stunting ini terkait kondisi ekonomi Indonesia selama pandemi. Karena kondisi ekonomi seseorang memengaruhi asupan gizi dan nutrisi yang didapatkannya.

Di Indonesia sendiri, akses terhadap makanan bergizi seimbang belum merata. Padahal faktor utama terjadinya stunting adalah kurangnya asupan gizi anak pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).

Pertumbuhan otak dan tubuh berkembang pesat pada 1000 HPK yang dimulai sejak janin hingga anak berumur dua tahun. Pemenuhan gizi pada tahap tersebut sangat penting agar tumbuh kembang anak dapat optimal.

Pola asuh orang tua juga berperan penting dalam mencegah stunting, AKI dan AKB. Oleh karena itu, perlu digencarkan penyuluhan kepada masyarakat mengenai bahaya stunting, AKI, AKB dan cara pencegahannya. Sehingga kelak ketika sudah menjadi orang tua diharapkan masyarakat dapat berperan dalam mencegah stunting sejak dini.

Inisiatif ini diharapkan menjadi contoh nasional dan direplikasi secara massal di beberapa daerah lainnya di Indonesia. Program revolusioner Rumah Sehat RBUI telah membuka kesempatan bagi 5,4 juta ibu hamil di Indonesia untuk mendapatkan kesetaraan pelayanan kesehatan berkualitas berbasis telemedisin.

Para orang tua diarahkan mendapat konsultasi pola hidup sehat dari dokter kandungan bahkan di daerah pelosok sekalipun. Tak hanya itu, inisiatif ini juga mendukung program ketahanan kesehatan melalui dukungan terhadap teknologi dan inovasi karya bangsa yang sejalan dengan strategi dan tujuan dari Pemerintah. (nico)