Rayakan United Nations Day, ESCS Gelar Simulasi Sidang PBB

by
Loby antar negara saat simulasi Sidang PBB oleh para siswa ESCS Kupang. (Foto: iir)

BERITABUANA.CO, KUPANG – Dalam rangka merayakan United Nations Day (UND), Excelent Spirit Christian School (ESCS) gelar Simulasi Sidang Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

“Dengan Simulasi ini, dapat menambah pengetahuan para siswa, bagaimana Badan Dunia PBB bersidang,” jelas PIC Kegiatan,: Maria Regina Kelen Toby disela-sela kegiatan di aula ESCS, Kamis (26/10/2023).

Dikatakan Regina Kelen, setiap tahun ESCS selalu merayakan Hari PBB ini dengan doa bersama, untuk para pemimpin dunia dan permasalahan di negara-negara yang ada.

“Saya pikir para siswa masih kurang paham kerja utama yang harus dilakukan PBB, maka kami berinisiatif untuk merubah caranya, dengan membuat simulasi rapat PBB,” ujar Regina Kelen.

Simulasi ini, tandas Regina Kelen, supaya siswa mengerti, bahwa peraturan yang dibuat PBB itu, ada proses yang harus dilalui.

“Untuk saat ini, karena masih perdana kita hanya libatkan siswa level 7-10 atau setingkat SMP dahulu, ke depan akan buat bagi siswa tingkat lebih atasnya,” papar Regina Kelen.

Diakui dalam Simulasi Sidang PBB tersebut, para siswa yang mewakili 16 Negara diminta mengangkat tema yang sedang berkembang, yakni masalah Kesetaraan Gender dan Pendidikan.

“Metode yang kita buat terkait pandangan delegasi, karena ini baru maka ada pendamping, untuk membantu mendesain Opening Speech dan Position Paper. Sehingga memastikan para siswa mengerti yang merek buat, dan ketika debat tahu apa yang harus dilakukan,” tandas dia.

Regina Kelen berharap, para siswa menjadi paham sistem kerja PBB, dan bisa mengetahui lebih banyak lagi persoalan-persoalan yamg dihadapi dunia.

“Kami juga berharap bisa menjadi inspirasi sekolah lain, supaya memiliki keahlian, lebih kritis, berani berbicara di depan umum, berdiskusi dan mengeluarkan pendapat,” harap Regina Kelen.

Pada kesempatan yang sama Student Body President, Hanna Lie Djauw mengakui dengan mengikuti simulasi ini dapat mendorong kepercayaan diri, sehingga bisa mempersiapkan diri untuk melakukan riset-riset untuk masa depan.

“Saya juga percaya dengan kegiatan ini, mampu belajar persepektif dari negara-negara lain, bukan hanya negara kita,” tandas Hanna Lie Djauw, mewakili negara Saudi Arabia.

Menurut Hanna Lie Djauw, negara yang diwakilinya mengangkat persoalan Kesetaraan Gender antata laki-laki dan perempuan.

“Ini persoalan besar yamg muncul di Saudi Arabia, dimana laki-laki dan perempuan tidak diberikan proporsi yang sama, untuk mengaktualisasikan dirinya di tempat kerja,” kata Hanna Lie Djauw.

Dikatakan dia, di Saudi Arabia laki-laki diberikan kebebasan melakukan pekerjaan non domestik seperti pengacara, ahli konstruksi. Padahal perempuan juga harusnya memiliki kesempatan yang sama. (iir)