Prabowo-Gibran Pasangan Paling Melengkapi, Fahri Hamzah: Kecocokannya Sangat Kuat

by
Gibran Rakabuming bersama Prabowo Subianto. (Foto: Istimewa)

BERITABUANA.CO, JAKARTA – Wakil Ketua Umum DPN Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Fahri Hamzah mengatakan, ada dua alasan yang menjadi basis argumen dalam penentuan calon wakil presiden (cawapres) Prabowo Subianto di Pilpres 2024. Yaitu, pertama adalah soal rekonsoliasi dan yang kedua masalah legacy keberlanjutan pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

“Sehingga wakilnya adalah yang mewakili dua alasan itu, yaitu siapa yang mewakili rekonsiliasi dan siapa mewakili legacy yang komit meneruskan pemerintahan Jokowi,” kata Fahri dalam keterangannya, Sabtu (14/10/2023).

Dengan dua alasan itu, menurut Fahri, maka figur yang tepat untuk mendampingi calon presiden (capres) Prabowo Subianto adalah Walikota Solo Gibran Rakabumi Raka, putera sulung Presiden Jokowi.

“Maka kalau capresnya Prabowo, siapa cawapres ya Gibran. Gibran itu ada wajah Pak Jokowi di dalamnya, sehingga karena alasan rekonsiliasi dan legacy,  mengambil Gibran itu sempurna dan kecocokannya sangat kuat,” katanya.

Namun, dalam rapat Koalisi Indonesia Maju (KIM) pada Jumat (13/10/2023) malam di kediaman Prabowo Subianto di Kertanegara, baru disepakati empat kriteria penentuan cawapres, yaitu mewakili Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan luar Jawa.

“Semua pimpinan parpol kompak empat kriteri, kita akan rapat lagi pekan depan. Pekan depan penentuan satu nama, makanya semua pimpinan parpol dilarang meninggalkan Jakarta sampai tanggal 25 Oktober,” ungkap Fahri.

Fahri menjelaskan, dalam rapat KIM Jumat malam, terungkap bahwa nama Gibran dalam survei-survei yang dilakukan sejumlah lembaga survei menunjukkan tren kenaikan signifikan.

“Di Jawa Tengah, survei Gibran itu tertinggi untuk calon gubernur. Kalau untuk survei wakil presiden, dah nomr 6 atau 4. Gibran itu, trennya naik surveinya,” jelas Fahri.

Fahri berpandangan, pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka adalah pasangan yang sempurna, mewakili dua generasi. Gibran sendiri, akan menjaring pemilih dari kalangan milenial, disamping itu juga akan menjadi jalan tengah kebuntuan penentuan cawapres yang diusulkan parpol pendukung KIM.

“Tapi Gibran ini bukan hanya sekedar pelengkap saja, tapi juga mewakili dua generasi. Selain itu, kelebihannya lagi adalah banyak isu Pemda yang akan dijawab Gibran karena lawan Prabowo itu, semua berlatar Pemda. Jadi kecocokan pasangan Prabowo-Gibran itu sangat kuat,” tegas Fahri.

Wakil Ketua DPR RI Periode 2015-2019 itu menegaskan, elektablitas Prabowo menjelang Pilpres 2024 semakin tinggi meninggalkan dua kandidat lainnya, Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan.

“Prabowo sudah terlalu kuat sekarang, dia diuntungkan  karena berada di tengah. Sebab, pemilih kiri nggak mungkin milih capres kanan, dan capres kanan nggak mungkin milih capres kiri,” ujarnya.

Prabowo, lanjut Fahri, juga sudah terang-terangan akan melanjutkan pemerintahan Jokowi, karena Prabowo saat ini menjabat sebagai Menteri Pertahanan, berbeda dengan Ganjar Pranowo yang tidak berada di kabinet.

“Makanya Prabowo mengatakan, kami tidak ragu sebagai keberlanjutan dari kabinet Jokowi. Kalau Ganjar, susah mengklaim keberlanjutan kabinet Jokowi. Dia tidak di kabinet, bukan anggota kabinet. Kalau Prabowo adalah anggota kabinet selama 5 tahun, dia mengikuti semua rapat kabinet lima tahun ini,” paparnya.

Soal Klaim PDI P

Fahri juga menampik klaim PDI Perjuangan yang mengatakan, Ganjar sebagai kelanjutan dari Jokowi, hanya karena Jokowi adalah kader dan petugas partai PDI P. Sebab, kabinet Jokowi tidak hanya diisi PDI P, tapi ada juga parpol lain.

“Inilah sebenarnya asal muasalnya, kenapa Prabowo ingin dengan PDI P, karena semua koalisi yang dipimpin Jokowi harus solid. Tapi sayangnya, PDI P keluar, Nasdem keluar dan PKB keluar,” katanya.

Seorang capres yang diusung parpol, menurut Fahri, harus memiliki ideologi atau mewakili gagasan, sehingga track recordnya dapat diketahui. Namun, mekanisme tersebut tidak diatur dalam Pemilu 2024. Tapi kalau sekarang orang yang muncul itu, hanya untuk melengkapi tiket.

“Ujug-ujug orang yang berpisah jauh seperti PKS dan PKB, tiba-tiba dipaksa kawan. Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar itu pisah jauh, dipaksa oleh tiket,” sindir Caleg Partai Gelora Indonesia untuk Dapil Nusa Tenggara I ini.

Dalam sistem sekarang yang relevan, lanjut Fahri, yang mengikuti kontestasi seharusnya adalah yang berkuasa dengan lawan politiknya, atau antitesa dari pemerintahan Jokowi sekarang. Prabowo dianggap mewakili gagasan kabinet Jokowi yang memiliki sejumlah program besar seperti pembangunan IKN, kereta cepat, infrastruktur dan lain-lain.

“Sementara lawannya, yang menolak program-program tersebut. Kalau Prabowo mengasosiasikan kelanjutan Jokowi, maka lawannya harusnya antitesanya Jokowi, Anies Baswedan saja. Sekarang yang aneh, Anies Baswedan mengatakan, koalisi perubahan, tetapi Nasdem dan PKB  masih di dalam, ini yang membingungkan, sementara PDIP ngotot mau perang terbuka,” sebut Fahri Hamzah. (Ery)