MPR: Investasi Pembangunan Penting, Tapi Jangan Menyisakan Luka Bagi Rakyat

by
Wakil Ketua MPR RI dari F-Partai Demokrat, Syarief Hasan. (Foto: Jimmy)

BERITABUANA.CO, JAKARTA – Kericuhan di Pulau Rempang, Batam, dalam kaitannya dengan pembangunan Rempang Eco City hanya akan menyisakan preseden buruk dalam menggenjot investasi. Investasi tidak bisa dilaksanakan dengan peminggiran hak-hak sosial, budaya, dan ekonomi rakyat. Investasi haruslah berwujud humanis.

Oleh karena itu, Wakil Ketua MPR, Syarief Hasan meminta kepada pemerintah untuk mengedepankan pendekatan persuasif dan dialog dalam menyelesaikan persoalan investasi dan pembangunan proyek strategis nasional.

“Investasi tentu sangat penting dalam menopang pertumbuhan. Namun jika investasi itu hanya menyisakan luka bagi rakyat, maka jelas pelaksanaan investasi itu mesti dievaluasi,” kata Syarief Hasan dalam keterangannya, Sabtu (16/9/2023).

Pemerintah, lanjut Syarief Hasan, harus melakukan sosialisasi setiap pembangunan, namun pada saat bersamaan hak-hak hidup rakyat juga harus dijamin.

“Apa yang terjadi di Rempang adalah bentuk pembangunan yang memilukan. Pemerintah harus menyelesaikan perkara investasi ini dengan tepat dan dialogis,” ucap Politisi Senior Partai Demokrat ini.

Menurutnya, bentuk-bentuk pemaksaan investasi justru akan menimbulkan antipati dari rakyat yang akan memunculkan pertanyaan investasi ditujukan untuk apa dan buat siapa. Apakah rakyat adalah tujuan dari investasi dan pembangunan?

Deretan pertanyaan itu, kata Syarief, haruslah menjadi dasar dari segala bentuk rencana pembangunan. Pemerintah tidak bisa menihilkan rakyat dalam setiap pengambilan kebijakan publik, apalagi jika itu diiringi dengan praktik-praktik kekerasan.

Menteri Koperasi dan UKM di era Presiden SBY ini menilai kasus kekerasan di Rempang ini bukanlah yang pertama terjadi. Sudah banyak kasus serupa, namun terus berulang. Ini menandaskan perlunya berpikir ulang terkait hakikat pembangunan, serta bagaimana posisi rakyat dalam pembangunan.

Jika mengukur keberhasilan investasi hanya dari realisasi pembangunan fisik belaka, jelas ada kekeliruan kebijakan yang nyata. Rakyat adalah tujuan, bukan alat pembangunan.

“Pembangunan Rempang Eco City ini penting, namun yang lebih penting adalah memastikan pembangunan ini tidak mengorbankan rakyat,” tutur Syarief.

Tugas pemerintah, khususnya pembuat kebijakan dan regulator dalam menjaga keseimbangan antara investasi dan hak hidup rakyat. Janganlah kedua hal ini dipandang berbeda secara diametral, vis a vis, saling menegasikan. Investasi yang bermutu adalah yang humanis dan berdimensi kemanusiaan. (Kds)