Tri Suci Waisak Peristiwa Penting Kehidupan Guru Buddha

by
Padesanayaka NTT, STI YM Bhikkhu Saccadhammo Thera. (Foto: iir)

BERITABUANA.CO, KUPANG – Makna Tri Suci Waisak yang diperingati umat Buddha, sebagai bentuk tiga peristiwa penting dalam kehidupan Sidharta Gautama, yang merupakan Guru Buddha.

Demikian disampaikan Padesanayaka NTT, STI YM Bhikkhu Saccadhammo Thera di Vihara Pubbarata Kupang, Minggu (4/6/2023).

“Buddha itu bukan Tuhan atau Dewa, tetapi semacam Nabi, tokoh pendiri atau Sesepuh. Jadi Waisak itu tentang tiga peristiwa penting yang dialami oleh Buddha,” tegas Bhikkhu Saccadhammo.

Dikatakan Bhikkhu Saccadhammo, tiga peristiwa penting yakni beliau lahir, yang istimewanya lahir di Bulan Purnama, sebagai seorang Pangeran, anak dari Raja Siddhodana di kerajaan Kapilavastu Jambuduipa di jaman India Kuno.

“Peristiwa kedua, beliau Tercerahkan. Yakni mengalami kesadaran agung, istilah umum orang mendapat wahyu, tapi istilah kita tercerahkan, diusia 35 tahun pasca melakukan Sahmadu atau Meditasi, melihat segala sesuatu sebagaimana adanya alam semesta ini beserta semua mahluk yang ada di dalamnya, maka sejak itu disebut Budha.

“Jadi buddha itu bukab sebutan sejak lahir, tapi sebutan bagi orang tercerahkan, itu juga terjadi di bulan Purnama,” papar Bhikkhu Saccadhammo.

Peristiwa penting yang ketiga, lanjut Bhikkhu Saccadhammo, beliau mangkat atau meninggal di usia 80 tahun dan itu juga terjadi di bulan Purnama.

“Istimewanya dalam satu rangkaian Waisak ada tiga peristiwa kelahiran, pencerahan dan kematian Buddha,” tambah Bhikkhu Saccadhammo.

Untuk itu, jelas Bhikkhu Saccadhammo, makna Tri Suci Waisak bagi umat Buddha merenungkan bahwa pernah lahir, hingga bisa berada di momen ini, dan harus dksyukuri karena lahir bukan sebagai hewan atau mahluk lain, tapi sebagai manusia.

“Pesan kedua tercerahkan, kita juga punya kesempatan yang sama tercerahkan, jadi bukan semata monopoli beliau sebagai seorang Buddha,” ujar Bhikkhu Saccadhammo.

Beliaupun kata Bhikkhu Saccadhammo,
berusaha untuk meninggalkan kejahatan baik melalui pikiran, ucapan maupun tindakan. Dan selalu berbuat baik melalui pikiran, ucapan dan tindakan,” kata Bhikkhu Saccadhammo.

“Selain itu beliau selalu memurnikan hati, karena kalau pikiran dan hati tidak murni, bukan hanya kejahatan yang membuat hati kotor, tapi kebaikan juga bisa membuat kita sombong,” papar Bhikkhu Saccadhammo.

Sedangkan peristiwa ketiga saat beliau wafat. Dimana semua cepat atau lambat akan meninggal, meninggal dalam keadaan sedih, senang atau gembira.

“Yang jadi perenungannya, kita harus siap dengan itu, tentu kita berharap meninggal dalam keadaan bahagia. Jadi itu renungan dalam Tri Suci Waisak 2567 TB,” jelasnya.

Diakui Bhikkhu Saccadhammo, detik-detik Waisak itu artinya menunggu saat bulan benar-benar purnama atau dalam keadaan sempurna bulatnya dari bumi.

“Kebetulan kita disini siang, sehingga waktu Waisak saat Bulan Purnama pukul 11.40 Wita bulan benar-benar bulat, kita tidak dapat lihat, dapat terlihat di bumi bagian lain,” pungkasnya. (iir)