Vice President Group HR EMTEK Pieter Andrian: Technopreneur Team Dibutuhkan di Era Digital

by
Kaprodi Sistem Informasi SOTN Alfredo Pasaribu dan Kaprodi Produksi Media Teguh Setiawan seusai penandatanganan perjanjian kerjama antar prodi. (Foto: Humas ATVI)

BERITABUANA.CO, JAKARTA – Vice President Group HR EMTEK yang juga Dosen Akademi Televisi Indonesia (ATVI), Pieter Andrian, MM., MBA menjelaskan empat fase dalam membangun Technopreneur Team yaitu fase Forming, fase Storming, fase Norming dan fase Performing.

“Mengapa Technopreneur dibutuhkan ? Karena kita hidup di era revolusi industri 4.0, dinamika dalam dunia ketenagakerjaan begitu tinggi, menjadi entrepreneur dapat menciptakan lapangan kerja, dan teknologi adalah solusi untuk menciptakan Technopreneur,” ujar Pieter Andrian ketika memberikan kuliah umum bertema ‘Building Technopreneur Team’ di Kampus School of Technopreneur Nusantara (SOTN) di Jakarta, Sabtu kemarin (20/2023).

Kegiatan kuliah umum ini selain diikuti Pimpinan dan mahasiswa SOTN, juga Pimpinan ATVI yakni Direktur ATVI Dr. Melitina Tecoalu, S.E., M.M, Direktur SOTN, Yoas Arnest S, S.Si., M.M, Wadir Ciptono Setyobudi, dan Kepala Unit Kemahasiswaan, Alumni, dan Kerja sama, Handy Utama. Kaprodi D-3 Komunikasi Massa Erwin Mulyadi, S.Si.M.Ikom, dan  Kaprodi S1 Terapan Produksi Media, Teguh Setiawan, SPd.MIkom. Setelah kuliah umum itu dilakukan penandatanganan kerja sama antara SOTN dan ATVI.

Dalam paparan materi berjudul ‘Building Technopreneur Team’, Pieter Andrian menguraikan tentang cara membangun team technopreneur yang baik, antara lain perlu memiliki paradigma sebagai pemimpin, juga pelaku bisnis perlu mengenal dulu diri sendiri, seperti pengalaman dan kemampuan yang dimiliki.

“Prinsip-prinsip suksesnya menjalankan bisnis, seperti faktor People, Capital, Trusted Products, Market dan Management system,”katanya sembari menjelaskan bahwa membangun Tim Technopreneur dimulai dari suatu proses berupa langkah dan tindakan dan alat yang membantu tim menyelesaikan pekerjaannya.

Yang pertama tentunya Task atau target pekerjaan yang akan diselesaikan oleh tim. Lalu Self, yakni pribadi kita sebagai instrument, dan  terakhir Team yang dapat diterjemahkan sebagai memahami tim yang dibentuk.

Penjabaran dari semu aitu dijelaskan oleh Pieter yakni Task, mengklarifikasi tugas, menetapkan persetujuan (kontrak kerja) antara leader dan team member, merencanakan, mengerjakan, dan tanya-jawab : proses memfasilitasi fokus pada tugas.

Begitu pula dengan Self dalam arti menegnali diri sendiri papar Pieter yakni  mengenali diri sendiri adalah mengenali nilai-nilai (values), keyakinan (beliefs), kebutuhan (needs), pengalaman (experiences), dan kemampuan (capabilities) serta memahami bagaimana hal-hal tersebut akan mempengaruhi aktivitas memfasilitasi.Masing-masing akan berdampak terhadap perilaku Leader, dan Leader yang efektif akan belajar mengenal diri lebih baik.

Sedang Self dalam arti paradigm leader, yaitu konsep paradigma yang  dapat membantu Leader memahami lebih baik akan perannya dalam memfasilitasi Team (Team Member). Perbedaan paradigma akan mempengaruhi cara memfasilitasi. Paradigma masing-masing individu adalah unik. Paradigma Leader akan mendukung atau menghambat kemampuannya untuk melakukan tugas sebagai Leader.

Self dalam arti saling mempengaruhi diartikan sebagai Leader harus mengetahui dasar-dasar perilaku manusia. Salah satunya adalah bagaimana manusia saling mempengaruhi.  Ada 4 cara mempengaruhi perilaku manusia: positive reinforcement, punishment, negative reinforcement, extinction.

Sedangkan Self dalam arti  mengambil manfaat dari perbedaan yang ada kata Pieter  yaitu  setiap orang lebih menyukai satu atau lebih ‘style’. Setiap orang mempunyai kemampuan untuk memeragakan bermacam-macam ‘style’.

Orang melihat dunia luar sesuai dengan apa yang menjadi kecenderungannya. Tidak ada yang benar atau pun salah tentang ‘style’ yang dipilihnya. Setiap ‘style’ mempunyai kelemahan dan kelebihan.

“Team memerlukan perilaku ‘style’ yang berbeda-beda dalam rangka mencapai kinerja terbaiknya,” katanya.

Pengembangan ATVI

Dalam acara ini, Direktur ATVI Dr. Melitina Tecoalu, S.E., M.M menjelaskan institusi ATVI dengan berbagai kelebihan sebagai bagian dari ekosistem holding Group EMTEK atau Elang Mahkota Teknologi. Melitina juga menjelaskan progres pengembangan ATVI berupa pembangunan gedung baru menunjukkan keseriusan manajemen dalam improvement ATVI ke depannya, yaitu dengan terus melakukan pengembangan akademiknya, yaitu  meningkatkan status Akademi menjadi Institut EMTEK.

“Kolaborasi dengan SOTN juga menunjukkan bahwa dengan bertumbuh bersama (nurturing together) dan sharing resources merupakan wujud implementasi Blue Ocean Strategy yang dapat menghasilkan lulusan yang unggul yang mampu bersaing, tidak hanya di level nasional tetapi juga internasional,” terang dia.

Prodi Produksi Media

Usai kuliah umum dan sambutan Direktur ATVI dan juga Direktur SOTN, dilakukankan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara Akademi Televisi Indonesia (ATVI) dan School of Technopreneur Nusantara (SOTN) dan juga penandatanganan MoU perjanjian kerja sama antarprogram studi yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan memperluas peluang kolaborasi di bidang akademik, penelitian, dan pengabdian masyarakat.

Acara penandatanganan MoU dan perjanjian kerja sama ini dihadiri oleh  Direktur ATVI Dr. Melitina Tecoalu, S.E., M.M, Direktur SOTN Yoas Arnest S, S.Si., M.M, Wadir Ciptono Setyobudi, dan Kepala Unit Kemahasiswaan, Alumni, dan Kerja sama, Handy Utama. Sedangkan penandatanganan Perjanjian Kerja sama antar Program studi Produksi Media diwakili oleh Teguh Setiawan, S.Pd., M.I.Kom dan Alfredo Pasaribu M.Kom, keduanya selalu Kaprodi. Penandatanganan ini menandai awal dari kerja sama yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi kedua pihak. (Jimmy)