BMKG Minta Waspada, Gempa Turki dan Suriah Berpotensi Terjadi di Indonesia

by
Gempa Turki - Rusia. (Foto: Ist)

BERITABUANA.CO, JAKARTA – Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati mengatakan, gempa bumi berkekuatan magnitudo 7,8, seperti yang terjadi Turki dan Suriah, berpotensi bisa terjadi di Indonesia. Jadi Indonesia harus selalu waspada.

Kenapa berpotensi terjadi di Indonesia? Karena, kata Dwikorita, Indonesia berada di wilayah rawan gempa yang dipicu sesar aktif.

Dwikorita mengatakan, gempa Turki mengingatkan banyak negara bahwa sesar aktif dengan pergerakan geser mendatar (strike slip) yang terjadi di darat dapat menyebabkan kejadian gempa katastropik dan kompleks.

“Gempa bumi di Turki Magnitudo Momen (Mw) 7,8 sanggup memecahkan seluruh segmen sesar Anatolia Timur (6 segmen: Turkoglu, Golbasi, Yarpuzlu, Lakehazar, dan Gorzali) sepanjang 300 km,” ungkap Dwikorita dalam Focus Group Discussion (FGD) di Jakarta, dikutip dari Rilis BMKG, Minggu (26/2/2023).

“Fenomena itu memberikan warning bagi kita yang ada di Indonesia untuk mewaspadai adanya potensi gempa multi-segmen yang sangat mungkin terjadi. Fenomena serupa pernah terjadi di Pulau Lombok tahun 2018 yang diguncang lima gempa kuat dalam waktu tiga minggu dengan magnitudo Mw 6,4, Mw 7,0, Mw 5,9, Mw 6,2, dan Mw 6,9,” lanjutnya.

Dwikorita menuturkan, besarnya gempa tersebut dapat memecahkan hampir seluruh segmen Sesar Anatolia Timur dan memicu gempa di jalur sesar lain, yaitu sistem sesar Sürgü di sebelah baratnya yang terpicu hingga terjadi gempa dengan magnitudo Mw 7,5 dan Mw 6,0.

Akibatnya, dampak yang ditimbulkan memperparah tingkat kerusakan bangunan yang sudah terdampak dan memperluas zona kerusakan akibat gempa.

“Karakteristik zona sesar utama yang dikelilingi oleh sesar-sesar lainnya juga banyak terdapat di Indonesiam seperti di zona Sesar Cimandiri, Sesar Semangko, Sesar Palu Koro, Sesar Aceh-Seulimeum, Sesar Kawa, dan lain-lain,” jelasnya.

Dalam kesempatan ini, dia juga memaparkan bahwa Gempa bumi di Turki terjadi di wilayah yang dekat dengan pusat perkotaan dan kota-kota besar di south-central Turki. Gempa terjadi dekat dengan kota-kota besar, yakni Provinsi Adıyaman, Kilis, Osmaniye, Gaziantep, Malatya, Şanlıurfa, Diyarbakır, Adana, dan Hatay. Lokasi tersebut merupakan tempat tinggal bagi populasi 13,5 juta orang. Adapun kerusakan terparah terjadi di kota provinsi Hatay, Kahramanmaras, Gaziantep, Adiyaman, dan Malatya.

“Karenanya, para pakar dalam FGD tersebut merekomendasikan perlu perhatian khusus bagi sesar-sesar aktif yang melalui wilayah pemukiman padat penduduk dekat kota-kota besar, seperti Sesar Besar Sumatera, Sesar Lembang, Sesar Opak, Sesar Palu-Koro, dan lain-lain,” lanjutnya.

Maka dari itu, Dwikorita menyimpulkan bahwa kejadian ini harus menjadi pembelajaran penting bagi Indonesia. Salah satu hal yang perlu dilakukan Indonesia adalah penguatan sistem mitigasi gempabumi, yakni penguatan atau pengembangan studi, kajian, atau riset dan teknologi; penguatan sistem monitoring kegempaan secara kontinu dan komprehensif; dan pemutakhiran atau pengembangan peta bahaya gempabumi (seismic hazard map).

Tidak hanya itu, Dwikorita juga menilai Indonesia perlu melakukan penguatan kajian getaran tanah (ground motion); memperhatikan konstruksi bangunan tahan gempa dengan building code; penegakan peraturan pendukung sistem mitigasi gempabumi; serta edukasi, literasi, dan advokasi secara inklusif dan berkelanjutan. (Kds)