Wisata Religi: Masjid Al Jabbar Mercusuar Syiar dan Tingkatkan Kesejahteraan Warga Sekitar

by
Rombongan Bani Rusdi dari Jawa Tengah foto bersama sebelum meninggalkan Masjid Al Jabbar. (Istimewa)

BERITABUANA.CO, BANDUNG – Pagi di hari Sabtu (11/2/2023) cuaca kurang bersahabat karena hujan turun sejak malam hingga siang. Akibatnya,  jalan Tol Cikampek menuju Bandung mengalami kemacetan. Namun, hal itu tak mempengaruhi niat melakukan wisata religi ke Masjid Al Jabbar Bandung.

Perjalanan yang membutuhkan kesabaran ini, tetap dapat dilalui. Sekitar pukul 12.00 WIB kendaraan keluar pintu gerbang tol Buah Batu. Kemudian menuju Jalan Soekarno Hatta yang padat merayap. Sekitar pukul 13.30 WIB tiba di lokasi Masjid Al Jabbar Bandung.

“Alhamdulillah…sampai juga dengan perjuangan yang lumayan melelahkan,” begitu bisikan hati ini di tengah kepadatan kendaraan dan pengunjung yang terlihat di jalan yang ada di depan masjid

Pedagang kaki lima tersebar di area yang ada di pinggiran jalan. Bahkan di bahu jalan yang melingkari masjid juga penuh pedagang. Pemandangan tersebut akan menjadi indah jika ke depan ditata dengan rapi sehingga keberadaan Masjid Al Jabbar bisa menjadi mercusuar syiar dan dapat meningkatkan kesejahteraan warga sekitar.

Memasuki area Masjid Al Jabbar ditentukan jadwal waktu agar tak mengalami kepadatan yang melampaui kapasitas. Seorang keamanan yang berjaga membenarkan hal tersebut. “Masjid mulai buka pukul 03.00 hingga masuk waktu dzuhur. Setelah itu ditutup,” katanya.

Buka kembali saat masuk salat Ashar. Selama tiga jam lebih pengunjung yang berada di dalam akan keluar sehingga mengurangi kepadatan. Setelah itu, masuk pengunjung yang baru. Dalam satu hari pengunjung yang datang bisa mencapai sekitar 7000 lebih saat cuaca cerah.

Salah seorang pengunjung dari Brebes, Nuruddin mengaku kebagian masuk sore hari. “Saya menungu sampai Ashar tiba. Rasanya, bahagia dapat masuk ke masjid yang megah dan indah ini,” tutur Nuruddin di dampingi Haji Yus Firdaus, Heri Susanto dan keluarganya.

Keberadaan Masjid Al Jabbar merupakan ikon baru Kota Bandung. Karena itu tidak heran banyak warga yang ingin melihat langsung ke rumah ibadah umat tersebut, baik dari warga di Provinsi Jabar maupun warga Jakarta, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta dan lainnya.

Seperti diketahui, Masjid Al Jabbar berdiri kokoh di tengah kolam retensi, sehingga akan tampak seperti mengapung di atas danau ketika air kolam mencapai batas permukaan. Selain itu, masjid juga dilengkapi empat buah menara dengan menara tertinggi memiliki tinggi mencapai 99 meter.

Di masjid ini juga terdapat museum seluas 11.238,20 meter persegi di lantai dasar. Masjid Raya Al Jabbar sendiri memiliki total luas mencapai 21,799,20 meter persegi. Pembangunan masjid ini memakan biaya sekitar Rp1 triliun.

Wisata religi ke masjid ini akan membuat yang datang terkesan karena fasilitasnya. Masjid Al Jabbar memiliki beberapa fasilitas, antara lain plaza, selasar, ruang shalat mezzanine, dan ruang shalat utama. Sedang yang paling spesial adalah fasad Masjid Al Jabbar terbuat dari kaca yang tersusun menyerupai sisik ikan.

Disebutkan, Jumlah kaca yang dibutuhkan pun mencapai 6.136 lembar. Masjid ini didesain 99 x 99 meter tanpa tiang. Adapun luas area perencanaan Masjid Raya Al Jabbar sendiri mencapai 26 hektare dengan area tapak bangunan 2,9 hektare, luas area kolam atau danau, mencapai 6,930 hektare dan luas plaza, parkir, serta area hijau, mencapai 11,163 hektare.

Masjid Raya Al Jabbar dapat menampung sampai 33 ribu jamaah. Nama Al Jabbar berasal dari salah satu Asmaul Husna yang artinya Maha Perkasa. Gubenur Jabar yang juga arsitek Ridwan Kamil berharap filosofi desain masjid ini bisa mengembalikan masa kejayaan Islam dalam ilmu pengetahuan. Semoga. (Syaifullah Hadmar)