Perayaan Imlek Toko NAM Patahkan Perbedaan

by
Para Owner NAM, Erwin Antonius dan Helen Antonius. (Foto: iir)

BERITABUANA.CO, KUPANG – Perayaan Tahun Baru Imlek yang selalu digelar Toko NAM, untuk mematahkan perbedaan yang ada, baik suku maupun agama.

“Selain merayakan tahun baru Imlek, kita juga mematahkan perbedaan yang ada, sesuai dengan Bhineka Tunggal Ika,” tegas Owner Toko NAM, Erwin Antonius disela-sela perayaan Imlek 2023 di Alak, Minggu (22/1/2023).

Untuk itu, jelas Erwin Antonius, semua memiliki kesempatan untuk datang di perayaan Imlek tersebut, mulai dari pejabat hingga masyarakat biasa untuk ikut merasakan kegembiraan menyambut tahun Kelinci Air.

“Untuk perusahaan sendiri, ajang ini sebagai bentuk silaturahmi antar karyawan, dimana 586 karyawan yang ada mulai dari Kupang, SoE, Kefa hingga Atambua hadir bersama keluarganya,” tegas Erwin Antonius.

Diakui Erwin Antonius, Imlek identik dengan Barongsai, sehingga didatangkan pelatih dari Semarang untuk melatih beberapa karyawan, untuk memerankannya.

“Selain tampilkan Barongsai, kita juga memberikan kesempatan masyarakat untuk mengisi acara, seperti drum band dari TK Hangtuah dan dance,” papar Erwin Antonius.
Pada kesempatan yang sama, Helen Antonius yang juga Owner NAM menegaskan, kemeriahan dalam merayakan Imlek sudah dilaksanakan sejak tahun 2007, mulai dari Jalan Siliwangi, lalu ke Oesapa dan saat ini di Alak.

“Dulu masyarakat sangat ingin tahu perayaan Imlek seperti apa, karena hanya dirayakan oleh kalangan kita sendiri. Lalu orang tua kami, Leonard Antonius, mulai menggelar acara di jalan Siliwangi, dengan menutup jalan,” tandas Helen Antonius.

Dengan melihat antusiasnya masyarakat ingin nonton barongsai, kata Helen Antonius, maka beberapa tahun kemudian dipindahkan ke Gudang Toko NAM di Oesapa, dan tahun ini baru pindah ke Alak.

“Cukup banyak masyarakat yang memadati area ini, ada sekitar 1.200 Orang,” kata Helen Antonius.

Masyarakat dan undangan, tambah Helen Antonius, diberi kebebasan juga untuk memakan makanan atau buah dan kue yang disediakan.

“Hari ini, hari kita semua, jadi mereka bebas mau makan atau minum apa sambil nonton acara yang disajikan. Kita menjunjung tinggi rasa toleransi, seperti yang telah diajarkan oleh orang tua dan pendahulu kami,” ungkap Helen Antonius. (iir)