Moderasi Beragama Penting Dilakukan di Lingkungan Pondok Pesantren

by
Gus Faiz (Tengah) Saat Memberikan Paparan dalam Acara Desiminasi Beberapa Waktu Lalu. FOTO: Istimewa

BERITABUANA.CO, JEMBER– Yayasan Pesantren dan Pendidikan Islam Bintang Sembilan (YASPPIBIS) Wuluhan, Kabupaten Jember bekerja sama dengan Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Jember dan Badan Penelitian dan Pengembangan Agama (Balitbang) Semarang menggelar diseminasi produk akademik berupa jurnal tentang ‘Moderasi Beragama’ di aula Pondok Pesantren YASPPIBIS beberapa waktu lalu.

Ketua Balitbang Agama Semarang, Ansori mengatakan, tujuan utama dari kegiatan tersebut adalah untuk menguatkan moderasi beragama di kalangan civitas pondok pesantren. Sebab, pondok pesantren adalah lembaga pendidikan yang memiliki peran penting di tengah-tengah masyarakat dari sejak masa kemerdekaan hingga saat ini.

“Adanya UU Pesantren diharapkan akan membawa dampak signifikan bagi pesantren dan santri untuk berperan lebih aktif dalam memajukan bangsa Indonesia,” katanya.

Sementara itu, Kepala Kemenag Jember, H Muhammad menambahkan, seorang santri selain sudah diajarkan tentang tawasuth, i’tidal, tasamuh dan musawa, juga dibekali tentang qudwah (kepeloporan).

“Orang hidup tidak selamanya menjadi makmum (orang yang dipimpin). Tapi harus juga bisa menjadi imam (pemimpin),” ujarnya.

Santri, lanjut dia,pasti diajarkan secara teori dan praktik tentang bagaimana memimpin santri junior. Diajarkan berorganisasi, sebagai lurah pondok atau pengurus pondok. Selain itu juga diajarkan muwathonah atau cinta tanah air.

“Pesantren dengan afiliasi NU atau Muhammadiyah pasti dan sudah jelas menyelenggarakan upacara dan hormat bendera semata-mata atau sebagai bentuk mengenang jasa para pahlawan dan dalam rangka mencintai tanah air,” tambahnya.

Tak Harus Sama

Ketua YASPPIBIS Muhammad Fauzinuddin Faiz mengatakan bahwa untuk menciptakan keindahan tidak harus menghadirkan kesamaan. Apalagi memaksakan untuk sama.

Sebab, lanjutnya, Keindahan dapat diciptakan dengan kebersamaan. “Itulah hakikat dari moderasi beragama. Moderasi sendiri adalah bahasa yang dibuat pemerintah, dalam hal ini Kementerian Agama, namun sejatinya sudah lama didengungkan oleh Nahdatul Ulama dengan bahasa wasathiyyah atau tawassuth, i’tidhal dan tasamuh,” ujar pria yang akrab disapa Gus Faiz ini.

Gus Faiz lalu menganalogikan keberadan orkestra akan terasa indah jika dimainkan secara bersama meski tidak sama. Piano, drum, gitar, dan bass, kesemuanya akan menghasilkan suara yang indah jika dimainkan secara bersamaan meski dengan suara berbeda.

“Sama halnya dengan hadrah atau banjari. Alat penabuh musiknya sama, namun dipukul secara berbeda agar menghasilkan harmoni musik yang enak didengar, inilah harmoni, inilah moderasi beragama” tandasnya.

Diketahui, Yayasan Pesantren dan Pendidikan Islam Bintang Sembilan (YASPPIBIS) merupakan salah satu pesantren terbesar di Jember selatan yang memiliki khittah yayasan seperti keilmuan, keagamaan, keindonesiaan dan kemasyarakatan. Kesemuanya itu diterapkan dalam teori dan praktik.

Secara teori misalnya diwujudkan dengan kurikulumnya dengan memadukan antara khittah yayasan, aswaja dan kontekstualisasi dengan menyesuaikan keadaaan dan zaman. Secara praktik diwujudkan dengan kegiatan yang berbasis atas 3 hal tersebut. Fdl