Kumpulnya Anak-anak Maen Pukulan Mengasah Maen Pikiran

by

BERITABUANA.CO, JAKARTA– Daerah Rawa Belong di Jakarta Barat memang identik dengan silat. Silat Cingkrik menjadi ikon khasnya. Selain itu Rawa Belong juga terkenal dengan Pasar Bunga Segar yang selalu menjadi tujuan banyak pedagang dan perburuan pencinta bunga. Tak kalah ramainya adalah pedagang nasi uduk dan penganan khas Betawi seperti dongkal menjadikan kawasan ini selalu ramai setiap siang sampai malam.

Di antara kesibukan perdagangan itu pada Jumat malam (17/6) berkumpulah para pesilat Cingkrik yang tergabung dalam Perguruan S3 yang merupakan singkatan dari Shalat, Shalawat dan Silat. Mereka berkumpul di sebuah halaman terbuka yang asri untuk berlatih silat dan mendengarkan buah pikir dari para senior mereka tentang perkembangan dunia silat. Tampak hadir Penasehat Perguruan S3 Bang Een Supandi, Pembina Silat Cingrik Bang Manap, Pegiat Silat Bang Rizal, juga pimpinan Sanggar Si Pitung Bang Bahtiar dan Bang Rudi dari Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB). Tidak ketinggalan Bang Yusron Sjarief, Ketua Umum Astrabi (Asosiasi Pencak Silat Tradisi Betawi Indonesia) dan Bang Syakur Usman dari Forum Jurnalis Betawi (FJB).

Setelah berlatih berbagai gerak Cingkrik, para pesilat S3 kemudian duduk bersimpuh bersila membentuk setengah lingkaran dan menyimak berbagai pendapat dan masukan. “Silat Cingkrik itu mengutamakan kecepatan, gerakan refleks dalam menghadapi lawan. Karena itu berlatih terus menjadi kunci agar gerak cepat cingkrik itu tidak berkurang,” ujar Bang Een Supandi.

Sementara Bang Manap sebagai Pembina Cingkrik menekankan pentingnya generasi muda untuk melestarikan dan mengembangkan silat yang di Betawi biasa juga disebut sebagai Maen Pukulan. Sekarang ini, katanya, tantangan pesilat bukan semata maen otot tapi yang lebih penting adalah adu otak alias maen pikiran.

Ketua Umum Astrabi Yusron Sjarief menambahkan sekarang ini silat sudah mendunia. Banyak orang dari luar negeri yang mempelajari silat. Ini merupakan satu hal yang menggembirakan tapi juga harus diwaspadai. “Jangan sampai nanti kita belajar silat dari orang di luar negeri. Ini harus kita pagari, agar pencak silat di Indonesia tetap menjadi pusat silat dunia,” kata Bang Yusron. Untuk itu para pesilat dan berbagai perguruan  silat yang ada harus berbenah diri, termasuk Astrabi yang menjadi salah satu payung tempat bernaung sejumlah perguruan silat tradisi Betawi. “Kita di Astrabi harus jadi organisasi modern yang berjalan atas dasar sistem, bukan berjalan karena ketokohan pelakunya. Kalau sistemnya berjalan, siapa pun yang menjadi pemimpinnya, organisasi Astrabi akan terus berjalan,” tambahnya.

Kepada para hadirin yang hadir dalam pertemuan itu Yusron Sjarief menekankan pentingnya pesilat dan perguruan silat yang mandiri secara ekonomi. “Cita-cita bersama kita para pesilat adalah mandiri secara ekonomi, karena dengan mandiri kita tidak akan terbeli,” begitu kata Bang Yusron.

Acara kumpul santai sambil bertukar pikiran seperti yang diprakarsai oleh Bang Syakur Usman dari Forum Jurnalis Betawi (FJB) semacam ini akan lebih digiatkan dengan mengumpulkan lebih banyak perguruan silat, untuk membentuk kolaborasi Betawi yang lebih baik lagi. (syd)