Prasasti Pasir Awi, Bekas Telapak Kakinya Masih Misteri

by
Prasasti Batu Tapak Pasir Awi di Kampung Bojong, Desa/Kecamatan Sukamakmur, Kab. Bogor.

PRASASTI Pasir Awi (PPA) merupakan salah satu benda bernilai sejarah Sunda yang berupa sebuah bongkahan batu berukuran besar, di atas batunya terdapat goresan bertulis yang disinyalir bahasa sansekerta dan sepasang telapak kaki manusia zaman dulu.

Obyek purbakala ini belum dikenal masyarakat umum, tidak seperti prasasti batu yang ada di Cianten, Pasir Jambu, Prasasti Batutulis (Bogor), Prasasti Tugu (Jakarta), Prasasti Kabantenan (Pandegelang) maupun Prasasti Bumi Alit (Ciamis).

PPA itu terdapat di wilayah Blok Ganea RPH Gunung Karang BKPH Jonggol tepatnya di lereng selatan bukit Pasir Awi kawasan hutan perbukitan Cipamingkis, secara administratif masuk wilayah Kampung Bojong, Desa/Kecamatan Sukamakmur, Kabupaten Bogor. Dari Dayeuh Jonggol arah jalur Puncakdua sekitar 20 Km.

Menurut informasi dari sejumlah masyarakat, luas obyek Batu Tapak sudah ditetapkan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Provinsi Banten yaitu 2000 meter kubik.

“Namun, keberadaan bekas telapak kaki tinggalan siapa, belum terungkap, masih misteri,” kata warga setempat, saat ketemu di sebuah warung tak jauh dari lokasi obyek PPA.

Mereka menuturkan, PPA sudah dikunjungi oleh orang dari dinas purbakala dan menduga PPA merupakan peninggalan kerajaan Tarumanegara.

Konon katanya masih ada keterkaitan dengan situs prasasti Cianten, Pasir Jambu dan Prasasti Tugu yang ditemukan oleh orang Belanda.

Menurut salah seorang juru pelihara situs tersebut, Joyo, bahwa batu itu merupakan telapak bekas kaki orang sakti jaman dahulu kala. Ada juga yang bilang telapak itu bekas kaki Prabu Siliwangi.

“Soal kebenarannya hanya Tuhan yang tahu, kita manusia hanya menduga saja,” ujar Joyo

Versi lain, menurut Dadang Supriyadi salah seorang warga Dayeh-Jonggol yang juga pensiunan guru, menyampaikan cerita orang tua dulu menyebutkan bekas telapak kepemilikan raja Sunda-Galuh. Sebelum Pajajaran ada dan setelah zaman Tarumanegara.

Konon, saat raja itu yang tengah ber buru kancil, saking keselnya tak ada mangsa maka keluarlah amarah yang mendorong kesaktiannya melelehkan batu sehingga batu dapat ditulis dan meninggalkan jejak telapak kaki.

Kalau dilihat goresan di atas batu yang menyerupai gambar dedaunan dan huruf berbeda dengan prasati batu yang dibuat oleh Prabu Siliwangi.

“Terlepas peninggalan siapa, Yang jelas obyek itu benda purbakala, perlu dijaga dan dilestarikan”ujar Dadang seraya berpesan. (Yan Sulivantara)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *