BERITABUANA.CO, JAKARTA — Konsultan keuangan Asep Dahlan mengungkapkan kekhawatirannya terhadap potensi meningkatnya pengajuan pinjaman online (pinjol) menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru 2025. Menurutnya, tekanan kebutuhan konsumsi musiman kerap mendorong sebagian warga mengambil keputusan keuangan yang berisiko dan berdampak panjang.
Pendiri Dahlan Consultant yang akrab disapa Kang Dahlan itu menilai, momen akhir tahun hampir selalu diikuti lonjakan belanj, mulai dari kebutuhan transportasi, hadiah, hingga rekreasi keluarga. “Masalahnya, banyak yang menutup kekurangan dana dengan pinjol tanpa perhitungan matang. Ini bisa memicu jerat utang berbunga tinggi yang sulit dilepaskan di awal tahun,” ujarnya, dihubungi, Senin (15/12/2025).
Ia menambahkan, kemudahan akses pinjol—proses cepat, tanpa agunan, dan pencairan instan—sering menutupi risiko sebenarnya. Bunga harian, denda keterlambatan, hingga praktik penagihan agresif, kata Asep, masih menjadi keluhan utama masyarakat. “Yang tampak ringan di awal, bisa menjadi beban berat beberapa bulan kemudian,” katanya.
Kang Dahlan juga mengingatkan bahwa sebagian pinjol, terutama yang ilegal, kerap memanfaatkan euforia akhir tahun untuk meningkatkan pemasaran. “Mereka menyasar emosi: ingin membahagiakan keluarga, pulang kampung, atau liburan. Padahal, kondisi keuangan tiap orang berbeda,” ujarnya.
Untuk itu, Kang Dahlan memberikan 4 (empat) saran agar masyarakat sebisa mungkin menghindari pinjol. Pertama, susun anggaran realistis akhir tahun, dengan memprioritaskan kebutuhan pokok dan batasi pengeluaran konsumtif yang tidak mendesak.
Kedua, manfaatkan dana darurat atau tabungan. Jika tidak ada, pertimbangkan menunda belanja non-esensial.
Ketiga, hindari pinjol untuk konsumsi dan sebaiknya kalau pun terpaksa, pinjaman hanya untuk kebutuhan produktif dengan perhitungan jelas. Keempat, jika terpaksa berutang, pilih opsi lebih aman. Misalnya, fasilitas perbankan resmi dengan bunga dan tenor transparan.
Saran terakhir adalah agar masyarakat melakukan penvcekan legalitas layanan keuangan untuk memastikan apakah terdaftar dan diawasi otoritas terkait, serta pahami seluruh biaya sebelum menyetujui pinjaman.
“Merayakan Natal dan Tahun Baru seharusnya membawa ketenangan, bukan masalah keuangan baru di awal 2025,” kata Kang Asep seraya berharap masyarakat lebih bijak mengelola keuangan dan tidak mengorbankan stabilitas jangka panjang demi kesenangan sesaat. (Ery)






